1,521 views Selamatkan Ekosistem Karang Pulau Sangiang, KEHATI dan PT Asahimas Chemical Jalin Kerja Sama - KEHATI KEHATI

Selamatkan Ekosistem Karang Pulau Sangiang, KEHATI dan PT Asahimas Chemical Jalin Kerja Sama



  • Date:
    24 Mei 2018
  • Author:
    KEHATI

Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dan PT Asahimas Chemical menandatangani kerja sama program rehabilitasi terumbu karang di kawasan Pulau Sangiang, Banten. Melalui program ini diharapkan ekosistem terumbu karang di kawasan konservasi perairan yang kini dalam kondisi terancam akibat berbagai aktivitas Industri, wisata, reklamasi, dan pembangunan di kawasan pesisir tersebut, dapat diselamatkan.

 

 

Penandatanganan kerja sama dilaksanakan di Gedung World Trade Centre (WTC) Lantai 10, Jakarta, Senin 30 April 2018. Hal ini merupakan program kerja sama tahap kedua antara KEHATI dengan PT Asahimas Chemical, yang selama ini dikenal sebagai produsen PVC yang merupakan material plastik yang aman untuk ekosistem laut. Selain itu, penandatanganan kerja sama ini juga sebagai bagian peringatan Hari Bumi 2018.

 

 

Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI, Riki Frindos, mengatakan, kerja sama ini bertujuan melanjutkan program rehabilitasi karang di Pulau Sangiang dalam kerangka program save our small islands (SOSIS) yang diinisiasi KEHATI. Tujuan dari program tersebut adalah untuk menyelamatkan pulau-pulau kecil di Indonesia.

 

 

”Penandatanganan kesepakatan kerja sama ini juga merupakan salah satu bentuk komitmen jangka panjang selama 5 tahun PT Asahimas Chemical terhadap pelestarian ekosistem terumbu karang di Pulau Sangiang,  yang berada tidak jauh dari wilayah kerja PT Asahimas Chemical,” kata Riki.

 

 

Program rehabilitasi ekosistem terumbu karang di Pulau Sangiang, lanjut Riki, dilakukan sebagai respons terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang di pulau tersebut. Berdasarkan hasil survei baseline tutupan terumbu karang yang dilakukan KEHATI dan PT Asahimas Chemical di pulau itu, ditemukan adanya sedimentasi, dan deposit sampah di dasar perairan pulau yang diduga akibat sedimentasi, limbah, serta pembuangan jangkar.  Pada banyak lokasi ditemukan karang keras yang sudah mati dan stress. Hal tersebut diduga karena karang mengalami bleaching atau memutih akibat lingkungan yang berubah.

 

 

Hasil riset juga menunjukkan, peningkatan aktivitas wisata bahari di pulau tersebut, dengan memanfaatkan jasa ekosistem terumbu karang dan pulau kecil belum dibarengi dengan kesadaran pelaku wisata dan wisatawan dalam memelihara ekosistem yang ada. Perahu wisata sering membuang jangkar di rerataan terumbu, dan wisatawan belum menerapkan pariwisata yang bertanggung jawab dengan tidak membuang sampah sembarangan.

 

 

Transplantasi dengan media PVC

Salah satu strategi yang ditempuh KEHATI bersama PT Asahimas Chemical untuk memperbaiki kondisi ekosistem terumbu karang ini adalah pemasangan terumbu buatan dan transplantasi terumbu karang dengan memanfaatan media pipa PVC. Terumbu buatan berfungsi menyediakan media yang stabil bagi anakan karang. Berdasarkan pengamatan lapangan koloni karang yang ditemukan utuh mulai tumbuh menempel menutupi substrat. Hal ini menjadi pertanda bahwa koloni karang mulai melakukan adaptasi pada media taman baru.

 

 

“Transplantasi karang dapat menyediakan relung ekologis bagi biota laut lainnya. Oleh sebab itu, terumbu buatan dan transplantasi terumbu karang dapat menjadi salah satu metode perbaikan ekosistem terumbu karang di Pulau Sangiang,” kata dia.

 

 

Program rehabilitasi terumbu karang di Pulau Sangiang yang telah dilakukan pada tahun 2016-2017 dengan menggunakan media PVC menunjukkan keberhasilan. Fragmen karang keras yang ditransplantasikan di media buatan PVC bisa beradaptasi dan bertahan hidup, serta menunjukkan pertumbuhan. Hal ini terbukti dengan pertumbuhan yang cukup signifikan, beserta keberhasilan dalam merestorisasi ekosistem di area tersebut.

 

 

”Hasil penelitan ini memberikan sinyal positif untuk melanjutkan program yang lebih luas dalam skala areal intervensi dan pelibatan stakeholder lain terutama kelompok nelayan setempat sebagai stakeholder penting,” imbuh Riki.

 

 

Pelibatan masyarakat          

 Dalam kerja sama tahap kedua ini, implementasi metode propagasi dan transplantasi terumbu karang menggunakan substrat modul PVC akan diperluas pada dua lokasi tambahan. Selain itu, pada tahap ini juga akan didorong pelibatan masyarakat dalam kegiatan pelestarian ekosistem terumbu karang dan pulau, di antaranya melalui pelatihan wisata selam dan monitoring terumbu karang, serta peningkatan kapasitas dan peran kelompok nelayan penyewa kapal wisata dalam konservasi kawasan dan pemanfaatannya.

 

 

Pelibatan masyarakat dalam kegiatan konservasi merupakan faktor kunci keberhasilan program. Apabila kelompok masyarakat berdaya, sadar dan mendapatkan manfaat dari kegiatan konservasi, tentu masyarakat akan bisa mengelola secara mandiri berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan tidak hanya di bidang ekonomi tetapi juga hubungan sosial kemasyarakatan.

 

 

 “Revitalisasi terumbu karang di Pulau Sangiang ini sekaligus merupakan kontrol ekologis bagi para pelaku industri di sana yang langsung bersinggungan dengan laut. Jika manajemen limbahnya tidak baik, maka akan berdampak terhadap ekosistem laut atau revitalisasi terumbu karang yang sedang dilakukan,” tandas Riki.