122 views Siaran Pers : Lahan Bahan untuk Kesejahteraan Masyarakat Indonesia - KEHATI KEHATI

Siaran Pers : Lahan Bahan untuk Kesejahteraan Masyarakat Indonesia

  • Date:
    04 Feb 2024
  • Author:
    KEHATI

Jakarta, Yayasan KEHATI—Pada tanggal 2 Februari 2024 ini, kita kembali memeringati Hari Lahan Basah Sedunia. Mengangkat tema “Lahan Basah dan Kesejahteraan Manusia” (Wetlands and Human Wellbeing), peringatan Hari Lahan Basah Sedunia 2024 mengingatkan kita betapa krusialnya lahan basah bagi kesejahteraan manusia, baik ekonomi, kesehatan fisik, mental, maupun keamanan terhadap bencana.

 

Dengan manfaat yang begitu besar dan luas lahan basah yang diperkirakan 20,6 juta hektar atau sekitar 10,8 persen dari luas daratan, Indonesia berkepentingan besar untuk menjaga kelestarian lahan basah. Terutama, seiring kondisi banyak lahan basah di negeri ini yang kondisinya mengkhawatirkan oleh karena berbagai faktor, terutama alih fungsi lahan.

 

Direktur Program Yayasan KEHATI, Rony Megawanto, Jumat (2/2/2024), menungkapkan, keberadaan lahan basah sangat penting secara ekologis, hidrologis, ekonomi, maupun pengurangan dampak bencana hidrometeorologis di Indonesia yang dari waktu ke waktu intensitasnya cenderung meningkat, terutama seiring meningkatnya dampak perubahan iklim.

 

Oleh karena itu, melalui dalam peringatan Hari Lahan Basah Sedunia 2024 ini, Yayasan KEHATI mendesak semua pihak terkait, terutama calon pemimpin Indonesia ke depan untuk lebih mengarusutamakan konservasi lahan basah di negeri ini.

 

“Sebagai pemegang tampuk kepemimpinan dan penentu kebijakan Indonesia ke depan, para calon pemimpin negara, baik di tingkat eksekutif maupun legislatif yang saat ini berkontestasi, perlu memasukkan konservasi lahan basah sebagai bagian dari program mereka ke depan,” ujar Rony.

 

Kebijakan perlindungan, pengelolaan, dan pemanfaatan lahan basah yang lestari, lanjut ia,  tidak hanya akan membantu pembangunan ekonomi berkelanjutan, tetapi juga akan menjadi penopang kuat untuk mencapai tujuan iklim Indonesia, yaitu berkontribusi megurangi emisi gas rumah kaca pada akhir dekade ini.

 

Sebagai bagian dari upaya mendukung konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia, Yayasan KEHATI sejak tahun 1994 telah terlibat dalam banyak program konservasi di beberapa kawasan lahan basah di negeri ini. Beberapa program yang telah dilakukan, yaitu restorasi ekosistem mangrove, restorasi terumbu karang, dan konservasi lahan basah sungai, danau, dan rawa di beberapa program khusus yang dilakukan di Sumatera dan Kalimantan.

 

Salah satu yang paling menonjol adalah bagaimana Yayasan KEHATI dengan dukungan banyak pihak membantu mengembalikan eksosistem mangrove dengan luas 1.000 hektar yang telah rusak di Desa Kaliwlingi, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, akibat alih fungsi lahan menjadi tambak udang. Sampai saat ini, hampir setengah dari lahan yang rusak telah kembali tertanam mangrove.

 

Kini, Desa Kaliwlingi tidak hanya mendapatkan manfaat ekologis dari sedikit demi sedikit kembalinya ekosistem mangrove. Masyarakat sekitar juga mendapatkan manfaat ekonomi dari kegiatan ekowisata. Masyarakat bisa menghasilkan penghasilan lebih dari 1 miliar dari penjualan tiket, kuliner, kerajinan membatik, dan budi daya kepiting bakau, sebelum akhirnya tergerus pandemik covid-19 di tahun 2020, dan mulai berangsur pulih di tahun 2023.

 

“Tema Hari Lahan Basah Sedunia 2024 sejalan dengan indikator kesuksesan yang kami syaratkan, bahwa program konservasi tidak hanya memberikan dampak ekologi, namun juga harus berdampak secara ekonomi,” kata Rony.

 

Yayasan KEHATI terus membangun kesadaran kepada masyarakat bahwa hubungan harmonis antara manusia dan alam harus terus dijaga. Konservasi lahan basah merupakan langkah penting dalam memitigasi dampak perubahan iklim dan dalam menjaga keanekaragaman hayati Indonesia.

 

“Tak kalah penting, lestarinya alam basah dapat menjamin pemanfaatannya untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia, tandas Rony.

 

Berikut beberapa manfaat lahan basah:

 

Sebagai Mata Pencaharian

Lahan basah merupakan penggerak ekonomi lokal. Pada umumnya lahan basah dikelola menjadi areal pertanian ataupun perkebunan. Sebagian besar lahan basah dimanfaatkan masyarakat untuk budi daya tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, karet, padi, jagung, dan tanaman hortikultura buah (Masganti et al. 2014). Sekitar 9,53 juta lahan basah di Indonesia berpotensi untuk lahan pertanian, dengan rincian 6 juta ha berpotensi untuk tanaman pangan.

 

Sebagai Sumber Air Bersih

Kebutuhan air di Indonesia adalah sebanyak 175 miliar kubik per tahun. Jumlah yang dapat dipenuhi dari ketersediaan air yang mencapai 690 miliar kubik per tahun. Kalimantan dan Papua yang dihuni oleh 13% populasi di Indonesia menyediakan sekitar 70% sumber daya air. Papua merupakan provinsi dengan area gambut terluas di Indonesia dengan besaran mencapai 6,3 juta hektar (ha), disusul oleh Kalimantan Tengah dengan luasan mencapai 2,69 juta hektar. Di Pulau Jawa, Sungai Citarum dan Sungai Ciliwung merupakan 2 sumber air minum terbesar. Sayangnya, 2 sungai ini juga menyandang predikat sebagai 2 sungai paling tercemar di Indonesia.

 

Sebagai Sumber Makanan Yang melimpah

Luasan lahan basah di Indonesia menawarkan potensi sumber pangan yang besar. Lahan basah dapat dikelola menjadi areal perikanan, pertanian ataupun perkebunan. Misal, ekosistem dataran banjir sangat penting bagi kegiatan perikanan darat. Lahan rawa pasang surut juga sudah lama dikenal sebagai lahan budi daya pertanian yang potensial untuk dikembangkan

sebagai penghasil pangan (tanaman padi, palawija,sayur mayur, buah-buahan. Sejak lama juga masyarakat/petani rawa mengembangkan berbagai tanaman budi daya, khususnya tanaman pangan seperti padi, palawija, ubi, talas, sagu dan lainnya.

 

Mitigasi Bencana

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 90 persen bencana yang terjadi di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi atau bencana yang berhubungan dengan aktivitas cuaca dan air. Fakta-fakta di lapangan membuktikan bahwa lahan basah dengan kondisi yang masih baik dapat mencegah bencana seperti kekeringan, banjir, kebakaran hutan, dan tsunami. Ekosistem mangrove dengan ketebalan 200 meter serta kerapatan 60 batang dan diameter 15 cm dapat meredam energi gelombang tsunami hingga 50%. Lahan basah daratan setiap hektarnya mampu menyerap 3,7 juta gallon air banjir, dengan demikian lahan basah mengurangi banjir dan meredakan kekeringan.

 

Sebagai Penyimpan Karbon

Lahan gambut menyimpan karbon dengan jumlah yang sangat besar. Diperkirakan karbon yang tersimpan di dalam lahan gambut di Indonesia sebesar 44,5 Gt, dengan luasan lahan gambut sebesar 20,74 juta ha (Rieley et al .2008).

 

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 menyatakan bahwa total luas ekosistem mangrove Indonesia mencapai 3,36 juta hektar atau setara dengan 20,37 persen dari total luas mangrove dunia. Pada tahun 2015, Penelitian Murdiyarso dan kawan-kawan menyebutkan bahwa Mangrove Indonesia mampu menyimpan 3,14 miliar ton karbon atau sepertiga dari stok karbon pesisir global. Jumlah itu belum termasuk ekosistem padang lamun, makroalga, hingga mikroalga.

 

Sumber Keanekaragaman Hayati

Lahan basah merupakan wilayah dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan ekosistem lainnya. Di atas lahan basah tumbuh berbagai macam tipe vegetasi seperti hutan rawa, hutan rawa gambut, hutan bakau, paya rumput, dan lain-lain.

 

Belum lagi ekosistem mangrove memiliki keanekaragaman hayatinya sendiri yang juga sangat tinggi, yaitu sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit, dan 1 jenis sikas. Sekitar 47 jenis diantaranya merupakan tumbuhan spesifik hutan mangrove. Terkait satwa, Setidaknya terdapat 200 spesies burung yang bergantung pada ekosistem mangrove, atau sekitar 13% dari seluruh burung yang ada di Indonesia.

 

 

 

 

Tentang Yayasan KEHATI

 

Dibentuk pada 12 Januari 1994, Yayasan KEHATI bertujuan untuk menghimpun dan mengelola sumber daya yang selanjutnya disalurkan dalam bentuk dana hibah, fasilitasi, konsultasi dan berbagai fasilitas lain guna menunjang berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan. Beberapa tokoh dibalik terbentuknya Yayasan KEHATI antara lain, Emil Salim, Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, dan Nono Anwar Makarim.

 

Selama lebih dari dua dekade, Yayasan KEHATI telah bekerja sama dengan lebih dari 1.500 lembaga lokal yang tersebar dari Aceh hingga Papua, serta mengelola dana hibah lebih dari US$ 200 juta. Dana tersebut berasal dari donor multilateral dan bilateral, sektor swasta, filantrofi, crowd funding, dan endowment fund.

 

Terdapat 3 pendekatan program yang dikelola oleh KEHATI yaitu ekosistem kehutanan, ekosistem pertanian, dan ekosistem kelautan. Selain itu, Yayasan KEHATI juga mengelola program khusus antara lain TFCA Sumatera, TFCA Kalimantan, SPOSI, dan BAF.

 

Visi

Alam Lestari Untuk Manusia Kini dan Masa Depan Anak Negeri

 

www.kehati.or.id

IG @yayasankehati

FB Yayasan KEHATI

X @KEHATI

TT @yayasankehati.official

 

Media Contact

Muhammad Syarifullah

PR and Education Outreach Manager KEHATI

Phone: +6281380909881

Email: m.syarifullah@kehati.or.id