711 views Kawasan Wisata Lantebung Menjadi Pusat Pembelajaran Rehabilitasi Ekosistem Mangrove - KEHATI KEHATI

Kawasan Wisata Lantebung Menjadi Pusat Pembelajaran Rehabilitasi Ekosistem Mangrove



Kawasan Wisata Lantebung Menjadi Pusat Pembelajaran Rehabilitasi Ekosistem Mangrove

  • Date:
    26 Jul 2024
  • Author:
    KEHATI

Kawasan wisata mangrove Lantebung di Makasar memiliki lokasi pembelajaran rehabilitasi ekosistem mangrove yang dikembangkan sejak bulan Juni 2023. Kegiatan ini dikelola oleh Yayasan Konservasi Laut (YKL) bersama masyarakat lokal dan mendapat dukungan dari Yayasan KEHATI. YKL dan masyarakat melakukan evaluasi bersama dari pengalaman 10 tahun dalam melakukan rehabilitasi mengrove di wilayah ini, baik yang berhasil maupun yang gagal.

Wisata mangrove Lantebung berada di Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea Kota Makasar. Koordinator Program, Nuryamin menjelaskan desain rehabilitasi mangrove dibentuk dari hasil pembelajaran bersama masyarakat dan pengamatan langsung yang kemudian dielaborasikan pengalaman dari wilayah lain serta berbagai literatur.

“Masyarakat menyampaikan bahwa tak sedikit rehabilitasi mangrove yang berakhir gagal karena melakukan penanaman jauh ke wilayah laut, tersapu ombak, selalu tergenang dan banyak sampah. Selanjutnya kami melakukan pemantauan menemukan ketinggian substrat lokasi rehabilitasi yang tidak sesuai,” ujar Nuryamin.

Sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu dibuat bangunan rekayasa untuk mengatasi gangguan pertumbuhan serta mendukung pertumbuhan alami mangrove. Kata Nuryamin, masyarakat membuat bangunan Alat Pemecah Ombak (APO) terbuat dari bambu. Bangunan ini juga berfungsi sebagai perangkap sedimen yang mempercepat tinggi substrat sesuai dengan mangrove alami terluar dari lokasi rehabilitasi.

Beberapa hal lainnya juga dilakukan untuk mendukung suksesnya pertumbuhan tanaman mangrove. Masyarakat bersama YKL membuat guludan dari bambu yang berfungsi untuk melindungi tanaman. Mereka juga memasang waring untuk menyaring sampah sekaligus perangkap bibit alami.

“Rehabilitasi mangrove ini dilakukan di lahan seluas1 Ha dengan menanam 10.000 bibit. Bibit-bibit yang ditanam antara lain jenis Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa dan Avicennia officinalis. Selain itu, juga dilakukan penebaran bibit mangrove jenis  Avicennia marina, Sonneratia caseolaris dan Sonneratia Alba,” lanjut Nuryamin.

 

Perawatan dan Monitoring

Kegiatan ini menerapkan metode Ecological Mangrove Rehabilitation (EMR) yaitu dengan memperbaiki kondisi ekologi dan hidrologi areanya. Metode ini dilakukan untuk menyesuaikan lokasi dengan kondisi alami di mana mangrove dapat tumbuh dengan baik. Setelah itu sistem penanaman dilakukan dengan pola tanam murni, rumpun berjarak, pola tanam pengkayaan dan pola tanam acak.

Pasca penanaman perlu dilakukan pengawasan untuk memastikan hasilnya bisa sesuai dengan yang diharapkan. Staf lapangan YKL, Andi Muhammad Subhan bersama dengan 2 orang community organizer setiap bulannya melakukan monitoring, evaluasi, dan perawatan hasil rehabilitasi.

Andi menjelaskan ” Kami sudah 7 bulan melakukan monitoring dan perawatan hasil rehabilitasi. Data hasil monitoring bulan Juli 2023 hingga Januari 2024, secara umum mangrove hasil penanaman tumbuh dengan baik. Persentase tumbuh 93% dan ditemukan  374  bibit  rekrutmen  alami  jenis  Avicennia  sp. Tingkat pertumbuhan antara 30 sampai 100% dari tinggi awal bibit dengan rata-rata jumlah daun 18,35.”

Pada fase perawatan, dilakukan pengecekan bangunan rekayasa untuk memastikan masih berfungsi dengan baik. Selain itu juga pembersihan sampah dan alga, serta menguatkan waring dengan cara penyulaman.

Banyak yang bisa disimpulkan dari kegiatan pembelajaran ini, antara lain pemahaman tentang lokasi, mengatasi faktor gangguan, dan penerapan metode yang tepat adalah hal-hal yang tidak kalah penting selain proses penanaman. Selain itu, penanaman bibit mangrove beragam jenis lebih efektif terutama menyangkut zonasi.

“Penanaman bibit dilakukan dekat dengan pohon mangrove yang sudah tumbuh dan memiliki ketinggian substrat yang sama,” ungkap Subhan.

Dengan bangunan rekayasa yang berfungsi mengatasi faktor gangguan dan menambah ketinggian substrat sangat mendukung mangrove dapat tumbuh dengan baik. Selain itu fungsi waring yang dipasang secara efektif mampu merangkap bibit-bibit yang terbawa arus kemudian tumbuh di lokasi yang sesuai.

Namun, kendala yang dihadapi apabila bangunan rekayasa tersebut mengalami kerusakan akibat gelombang besar. Hal ini biasa terjadi antara bulan Desember hingga Januari. Bibit yang ditanam di luar APO hilang disapu ombak. Kegiatan penanaman sebaiknya memperhatikan beberapa hal seperti waktu penanaman dan lokasi.

“Sebaiknya jangan melakukan penanaman pada bulan September – Januari di wilayah pesisir utara Kota Makassar dan sekitarnya. Penanaman di daerah berlumpur yang dulunya bukan area  wilayah mangrove dan ketinggian substratnya sangat rendah tidak direkomendasikan untuk ditanami,” ujar Subhan.

Direktur Eksekutif YKL Indonesia, Nirwan Dessibali, menyambut baik kegiatan pembelajaran rehabilitasi mangrove. Dia menyampaikan bahwa pihaknya sangat terbuka untuk berbagai pembelajaran rehabilitasi mangrove di Lantebung terutama bagi pihak-pihak yang merencanakan program rehabilitasi di daerah berlumpur.

“Ini adalah situs belajar yang kami kembangkan bersama dengan masyarakat, berharap ini bisa menjadi referensi bagi berbagai pihak yang berencana melakukan rehabilitasi mangrove khususnya di Lantebung maupun di daerah sekitarnya serta di wilayah yang karakteristiknya sama,” jelas Nirwan.

Rehabilitasi mangrove ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sesuai target RAN GRK Kota Makasar dan NDC. Ekosistem mangrove di lokasi rehabilitasi tersebut diharapkan mampu menyerap karbon sebesar 1.025 ton per tahun dan berkontribusi pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Makassar yang ditargetkan seluas 5.273,1 ha atau 30% dari total wilayah. Dari data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Makassar per akhir 2023 RTH Makassar masih berkisar 11,47%. (Tim KEHATI)