823 views Potensi Besar Produksi Garam di Banten - KEHATI KEHATI

Potensi Besar Produksi Garam di Banten



Teknologi pengolahan garam dalam bentuk rumah garam (tunnel).

  • Date:
    18 Jul 2024
  • Author:
    KEHATI

BANTEN – Kebutuhan garam di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten untuk pengolahan ikan asin mencapai 600 ton per tahun. Ini merupakan peluang besar  bagi pengembangan sentra produksi garam di Selat Sunda. Sayangnya masyarakat setempat belum ada yang tertarik memproduksi garam. Dengan panjang garis pantai lebih dari 500 kilometer, kawasan pesisir Selat Sunda Banten  semestinya sangat potensial dikembangkan menjadi sentra produksi garam.

Selama ini usaha pengolahan ikan di Kabupaten Pandeglang sangat bergantung pada pasokan garam dari luar wilayah seperti Indramayu, Cirebon hingga Juwana. Ketergantungan ini menyebabkan  keberlanjutan usaha pengolahan ikan tersebut terancam oleh fluktuasi harga yang bisa naik sangat tinggi.

Pandeglang pada tahun 2021 memiliki 201 unit usaha pengolahan ikan asin. Kebutuhan garam untuk per unit pengolahan ikan asin minimal 454 kilogram per bulan. Artinya dalam sebulan dibutuhkan 91 ton lebih garam untuk memenuhi kebutuhan usaha pengolahan ikan asin tersebut. Hal ini merupakan peluang besar bagi masyarakat sekitar untuk secara rutin memasok garam berkualitas tinggi.

Menurut kajian Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten 2022, pesisir Selat Sunda sangat sesuai untuk pengembangan industri garam. Sayangnya Kecamatan Panimbang belum memiliki teknologi produksi garam yang mumpuni. Kondisi ini menjadikan dasar bagi Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dan PT. Asahimas Chemical memperkenalkan teknologi pengolahan garam dalam bentuk rumah garam (tunnel). Teknologi rumah garam ini juga didukung oleh Program Studi Ilmu Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

“Pada prinsipnya teknologi rumah kaca untuk proses kristalisasi garam disebut tunnel garam. Dengan cara ini dimungkinkan sepanjang tahun memproduksi garam, termasuk dalam musim penghujan,” kata Toufik Alansar, Manajer Program Kelautan KEHATI.

Produksi dimulai dengan pemanfaatan lahan yang ada, kemudian wadah penampungan dibuat, serta meja kristalisasi garam dengan bantuan geomembran dan penutup dari plastik UV dirangkai seperti lorong atau terowongan, maka disebut tunnel (terowongan). Menurut Adi Susanto, ketua tim Program Studi Ilmu Perikanan Untirta, penggunaan teknologi tunnel garam yang dibarengi dengan majemen pergudangan yang baik diharapkan mampu mengatasi kelangkaan garam yang umumnya terjadi pada musim penghujan.

Desa Panimbangjaya terpilih sebagai kawasan uji coba yang dilakukan oleh Kelompok Peduli Lingkungan Pesisir dan Mangrove (KOMPAKSI). Kegiatan ini adalah rangkaian dari program Mangrove Blue Carbon di pesisir Selat Sunda. Menurut Bakti Sulistiono Manajer Enviroment PT. Asahimas Chemical, kegiatan tersebut tidak terbatas pada rehabilitasi dan pelestarian mangrove namun juga menumbuh-kembangkan usaha produksi masyarakat pesisir.

Toufik, mengatakan bahwa potensi sumber daya pesisir yang ada di Selat Sunda, khususnya produksi garam belum dapat terpenuhi dari produksi lokal sehingga menjadi peluang sangat baik untuk dimanfaatkan. Potensi lainnya, nilai garam menjadi lebih tinggi jika diolah lebih lanjut menjadi garam krosok untuk kebutuhan produksi kosmetik, kesehatan, atau sebagai garam diet. Toufik berharap upaya pengembangan sentra produksi garam di Desa Panimbangjaya akan menyebar ke seluruh pesisir Selat Sunda dan pada akhirnya menumbuh kembangkan pusat-pusat produksi garam yang bukan saja berkontriusi terhadap pendapatan pelakunya namun juga menghadirkan kemandirian produksi garam untuk lingkup Provinsi Banten.