225 views Merayakan Hari Cinta Puspa Satwa Nasional: Mari Lindungi Keanekaragaman Hayati Indonesia dari Invasi Spesies alien - KEHATI KEHATI

Merayakan Hari Cinta Puspa Satwa Nasional: Mari Lindungi Keanekaragaman Hayati Indonesia dari Invasi Spesies alien



Invasi Chimonobambusa quadrangularis (bambu ini menginvasi kawasan TN Gunung Gede Pangrango)

  • Date:
    05 Nov 2023
  • Author:
    KEHATI

Setiap 5 November, Indonesia memperingati Hari Cinta Puspa Satwa Nasional. Sebagai salah satu hari yang penting, biasanya dirayakan dengan kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia. Beragam acara banyak diselenggarakan untuk mengkampanyekan kecintaan dan kebanggaan terhadap kekayaan hayati Indonesia: lomba foto, exhibiton, seminar, dan kegiatan lainnya dari skala lokal hingga nasional.

 

Berbicara perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, rasanya saat ini tidak cukup membicarakan konversi hutan, perambahan hutan, perburuan liar, maupun aktivitas lain yang berbahaya bagi hidupan liar serta ekosistemnya. Ada isu yang cukup lama berkembang dan juga menjadi ancaman terhadap kehati di Indonesia, tetapi belum cukup dikenal luas, yakni keberadaan spesies alien yang diam-diam memenuhi ruang-ruang diantara keanekaragaman hayati asli Indonesia.

 

Apa itu spesies alien?

 

Mengutip IPBES (The Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services), spesies alien atau sering disebut juga spesies asing merupakan satwa, tumbuhan, dan organisme lain yang diintroduksi (baik sengaja maupun tidak) dari luar ke dalam wilayah Indonesia sebagai akibat dari aktivitas manusia yang dikenal dengan 4T: Travel, Transport, Trading, dan Tourism.

 

Laporan terbaru dari IPBES menyatakan hingga saat ini terdapat 37,000 spesies alien yang telah terintroduksi secara global, dengan 3,500 spesies diantaranya merupakan spesies invasif yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan, maupun kehidupan manusia. Tercatat 1,061 spesies tumbuhan, 1,852 spesies invertebrate, 461 spesies vertebrata, dan 141 mikroba, merupakan spesies invasif secara global. Spesies alien paling banyak menginvasi kawasan terrestrial (75%), perairan tawar (14%), dan lautan (10%).

 

Berdasarkan hal tersebut, IPBES menyebutkan bahwa spesies alien invasif menjadi satu dari lima penyebab hilangnya keanekaragaman hayati secara global, baik secara langsung maupun tidak langsung.

 

Bagaimana dengan spesies alien atau spesies alien invasif yang ada di Indonesia?

 

Tahun 2016 KLHK telah menerbitkan Permen LHK Nomor P.94 tentang jenis invasif. Dalam permen tersebut tercatat 132 spesies invasif yang ada di Indonesia. Di tahun yang sama, BIOTROP menerbitkan buku mengenai 75 Important Invasive Plant Species in Indonesia.

 

Tahun 2017, Badan Karantina Pertanian juga menerbitkan buku mengenai sejumlah serangga invasif yang berasosiasi dengan tumbuhan tertentu sebagai panduan dalam proses karantina. Kemudian pada 2020, dalam peraturan Menteri KKP No.19 terdapat 56 Spesies alien di perairan yang menyebar di perairan Indonesia, dan Ikan Aligator (Atractosteus spatula) merupakan spesies yang paling banyak menyebar.

 

Terbaru, kajian Holmes et al. tahun 2023 mencatat lebih dari 1600 spesies tumbuhan vascular yang diintroduksi ke Indonesia hingga saat ini sudah ternaturalisasi, artinya spesies alien ini sudah mampu bertahan hidup, hingga menyebar luas di sejumlah pulau di Indonesia.

 

Apa saja yang sudah terjadi akibat Invasi Spesies alien ini?

 

Data Bappenas menunjukkan, hampir 50% Taman Nasional di Indonesia sudah diinvasi oleh spesies alien. Hal ini menyebabkan berkurangnya populasi satwa maupun tumbuhan endemik Indonesia. Yang terkenal adalah invasi akasia (Vachellia nilotica) di TN Baluran. Saat ini, lebih dari setengah dari savana di TN Baluran sudah diinvasi Akasia. Dampaknya terjadi penurunan pertumbuhan rumput, sekaligus menghambat mobilitas hidupan liar di kawasan savana karena duri akasia tersebut. Pada akhirnya mempengaruhi populasi banteng (Bos javanicus), merak hijau (Pavo muticus), dan satwa lainnya.

 

Kasus lainnya, invasi melastoma (Melastoma malabathricum) di kawasan rawa pasang surut di kawasan TN Way Kambas menyebabkan pendangkalan dan penyusutan rawa tersebut. Padahal kawasan tersebut merupakan habitat dari jenis burung air langka, mentok rimba (Asarcornis scutulata), yang masuk ke dalam Red List IUCN kategori endangered.

 

Perubahan ekosistem perairan sebagai akibat dari invasi spesies alien juga terjadi di TN Bromo Tengger Semeru. Pada 2019, penelitian Sawitri & Takandjandji menyebutkan bahwa lebih dari 80% kawasan perairan Ranu Pani telah tertutup oleh kiambang (Salvinia molesta). Hal ini menyebabkan kandungan BOD dan COD meningkat, sekaligus penurunan kandungan oksigen dan pH, yang tentunya membahayakan ekosistem di Ranu Pani.

 

Spesies alien invasif perairan lainnya yang tidak kalah berbahaya adalah eceng gondok (Eichhornia crassipes). Tercatat sudah menginvasi Danau Rawa Pening di Jawa Tengah, mengganggu aktivitas masyarakat di Waduk Jatiluhur, dan menyebakan pendangkalan di Danau Tondano di Sulawesi Utara.

 

Apa yang Harus Dilakukan?

 

Menghadapi ancaman spesies alien invasif ini diperlukan strategi pencegahan, pengendalian, serta pengelolaan terhadap Spesies alien Invasif secara terpadu.

 

Sayangnya, informasi mengenai spesies alien atau spesies alien invasif sendiri masih terbatas di kalangan tertentu. Secara luas, masyarakat belum familiar dengan istilah tersebut. Sehingga banyak yang tidak menyadari jika sebenarnya spesies alien ini sudah menyebar dan hadir berdampingan dengan kita. Faktor inilah yang menyebabkan praktik jual beli tanaman hias dan/atau hewan eksotik masih cukup banyak di Indonesia. Padahal perdagangan menjadi salah satu pathway penyebaran spesies alien. Misalnya jual beli ikan aligator (Atractosteus spatula) dan arapaima (Arapaima gigas).

 

Oleh karena itu kampanye penyadartahuan akan spesies alien invasif penting dilakukan. Penyebarluasan informasi mengenai spesies alien invasif dapat menjadi langkah awal dalam pembentukan pengetahuan di masyarakat, sekaligus menjadi salah satu upaya pencegahan dalam penyebaran spesies alien invasif. Upaya ini juga menjadi bagian dari Rencana Aksi Pengelolaan Jenis Asing Invasif, yang telah disusun Indonesia beserta negara ASEAN pada September 2023 lalu pada poin “Peningkatan Penyadartahuan dan Edukasi”. Hal ini sejalan dengan target IPBES Global Framework & Kunming-Montreal Global Biodiversity Framewok terkait pengendalian spesies alien invasif.

 

Pada perayaan Hari Cinta Puspa Satwa Nasional ini, mari kita kenalkan kepada khalayak ramai, bahwa kehadiran spesies alien invasif di sekeliling kita itu dapat mengancam keanekaragaman hayati yang kita miliki. Mari kita berkenalan Spesies alien Invasif, agar kita tahu dampaknya, sekaligus mencegahnya menyebar lebih luas. Mari kita cintai puspa dan satwa nasional Indonesia, dengan melindunginya dari invasi spesies alien.

 

Invasi Mucuna bracteate di sebuah HPH (menyebar dari penanaman spesies ini sebagai cover crop di perkebunan sawit)

 

 

 

Ditulis oleh:

Aisyah Handayani

Peneliti pada Kelompok Riset Pengelolaan Jenis Invasif

Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi – BRIN

Aisyah.Handayani@brin.go.id