Biodiversity Warriors KEHATI Menjaga Keanekaragaman Hayati Indonesia Melalui Semangat Kolaborasi, Inovasi dan Solusi
-
Date:
01 Jul 2024 -
Author:
KEHATI
Jakarta- Biodiversity Warriors KEHATI tahun 2024 genap berusia 10 tahun. Dibentuk pada tahun 2014 silam, Biodiversity Warriors (BW) bertujuan untuk memopulerkan keanekaragaman hayati Indonesia baik dari sisi keunikan, pelestarian, dan pemanfaatannya secara bertanggung jawab. Namun, seiring berjalannnya waktu, permasalahan lingkungan hidup semakin berkembang dan kompleks. Biodiversity Warriors dituntut untuk terus meningkatkan kapasitas diri dan melakukan inovasi untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut.
”Sebagai negara megabiodiversity, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk melestarikan sejuta potensi keanekaragaman hayati yang ada didalamnya, sekaligus menghadapi ancaman perusakannya. Sepuluh tahun adalah usia yang cukup matang. Dan melalui dukungan Yayasan KEHATI, Biodiversity Warriors diharapkan mampu memberikan dampak positif yang signifikan dalam kegiatan konservasi di Indonesia,” ujar Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika Anggraini.
Rika melihat salah satu tantangan terbesar saat ini adalah belum terbangun kesadaran pentingnya menjaga keanekaragaman hayati. Tak pelak hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat, terutama dampak-dampak negatif yang akan diterima oleh mereka jika terjadi kerusakan pada alam Indonesia. Hal ini tampak jelas dari kebiasaan masyarakat yang masih gemar membuang sampah sembarangan, masih melakukan perburuan liar, dan memelihara satwa yang dilindungi.
Untuk merubah kebiasaan buruk tersebut, Biodiversity Warriors gencar memberikan edukasi lingkungan, baik melalui kunjungan langsung maupun secara digital. Sudah banyak sekolah, universitas, bahkan perusahaan yang dikunjungi oleh BW untuk diberikan materi terkait pelestarian keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup. Secara digital, BW aktif dalam berkampanye, memberikan seminar, dan pelatihan terkait isu-isu lingkungan.
Dalam melakukan kegiatannya, BW mengedepankan semangat kolaborasi sehingga banyak kegiatan yang dilakukan bersama dengan LSM dan komunitas lingkungan yang lain, mulai dari kegiatan di lapangan bersama, sampai berkampanye bersama di paltform digital.
Dari kolaborasi tersebut, melahirkan inovasi dan solusi mengatasi permasalahan lingkungan yang dilakukan oleh para kesatria keanekaragaman hayati Indonesia di bawah naungan BW KEHATI. Mereka berpartisipasi dalam melakukan penyadartahuan kepada masyarakat luas melalui kegiatan penelitian dan aksi langsung di lapangan dan kemudian disebarkan lewat website BW KEHATI.
Berbagai macam kegiatan telah diprakarsai oleh champions muda yang tergabung dalam BW KEHATI sebagai penggerak perlindungan dan penyelamatan biodiversitas Indonesia. Sebagai contoh di Cirebon, komunitas anak muda Ocean Young Guards, yang hidup dalam lingkungan akademik, rela turun dari kampus menuju kampung dengan fokus pada pengembangan karakter anak-anak usia 9-15 tahun yang tinggal di daerah pesisir dan pulau kecil melalui ide-ide kreatif mereka.
Komunitas muda ini membuat buku ilustrasi berisi tiga tokoh yang mewakili ekosistem laut, yaitu Diva sebagai putri karang, Akau sebagai pendekar mangrove dan Laso sebagai pejuang padang lamun. Melalui buku ini, para champions BW KEHATI merancang pesan konservasi yang lebih mudah dimengerti oleh anak-anak usia dini,-selain melakukan penanaman bibit mangrove bersama; dengan tujuan menyelamatkan ekosistem laut penting di kawasan tersebut; yakni mangrove, terumbu karang dan juga padang lamun.
Contoh lainnya di Nusa Tenggara Timur, pada sebuah kampung dataran tinggi bernama Desa Colol, Kabupaten Manggarai Timur, seorang anak muda bernama Yoseph Ronaldi, dengan gigih membantu petani kopi yang terdampak krisis iklim, di tengah maraknya anak-anak muda desa yang pergi merantau meninggalkan kampung halaman. Ia menjadikan tanaman kopi sebagai pintu masuk membangun penyadaran dan aksi konservasi kepada para petani dengan melibatkan anak-anak muda setempat.
Gerakan-gerakan kolaborasi yang telah dibangun jejaring anggota BW KEHATI di seluruh Indonesia, telah berhasil menelurkan bermacam inovasi yang dilakukan oleh para champions BW KEHATI. Gerakan kolaborasi dan inovasi tersebut diharapkan mampu memberikan solusi kepada masyarakat sekitar untuk menjaga, mempertahankan, dan memperjuangkan biodiversitas dari ancaman-ancaman yang datang; salah satunya yang sangat dirasakan oleh semua orang, yaitu krisis iklim.
”Lahirnya para champions BW KEHATI yang memiliki kepedulian dan melakukan aksi nyata dalam menjaga kekayaan biodiversitas Indonesia yang kian terancam, menjadi sebuah asa di masa yang akan datang. Dengan kepedulian dan gerakan anak-anak muda dalam isu konservasi dan biodiversitas tersebut, diharapkan menjadi kekuatan baru bagi generasi emas pada satu abad Indonesia di tahun 2045: di mana anak-anak muda saat ini akan memegang kendali kepemimpinan di masa depan,” tutup Rika. Sampai saat ini, anggota BW sudah mencapai lebih dari 6000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan 12 jaringan yang berada di 10 universitas.
Bedah Buku Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan Bumi
Pada perayaan ulang tahun Biodiversity Warriors KEHATI yang ke-10, Yayasan KEHATI mengadakan acara bedah buku Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan Bumi yang ditulis oleh anggota Biodiversity Warriors Arifin Muhammad Ade. Selain penulis, turut hadir sebagai penanggap, yaitu Peneliti Bidang Zoologi dan Serangga BRIN Prof Rosichon Ubaidillah, serta Direktur Program Yayasan KEHATI Rony Megawanto.
Melalui buku ini, penulis ingin menyampaikan kepada pembaca pentingnya peran serangga untuk menopang keberlangsungan hidup di bumi, dan dampaknya yang mengerikan jika serangga punah. ”sebagian besar masyarakat mungkin tidak mengetahui peran penting serangga, dan bagaimana mereka sangat bergantung pada keberadaan serangga, terutama para petani. Artinya, kiamat serangga dapat memicu peperangan antara umat manusia jika keberadaannya punah dan tidak mampu membantu petani meningkatkan produktivitas pertanian yang ada,” ujar Arifin.
Selain menyampaikan pesan tentang keadaan kritis populasi serangga dan konsekuensi potensial yang luas bagi Planet Bumi, penulis menyoroti pentingnya tindakan segera untuk mengatasi tantangan lingkungan, sehingga dapat memperlambat terjadinya kiamat premature.
“Kiamat Serangga adalah tanda bahaya bahwa jika manusia tidak segera mengambil tindakan untuk melindungi dan melestarikan serangga, masa depan Bumi bisa sangat terganggu, dengan dampak negatif bagi keanekaragaman hayati, pertanian, dan kehidupan manusia secara umum,” tambah Arifin.
Sebagai paragraf penutup, pilihan judul “Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan Bumi” memberikan perspektif lebih jauh, bahwa semua pihak harus mengurai peran-peran strategis dan begitu vital seluruh komponen penduduk Bumi secara filosofi, ekologi, biologi, virologi, atau geologi yang selama ini mungkin terlalu berjarak dengan realitas alam hari ini. Karena itu, “Kiamat Serangga” mengisyaratkan bahwa bumi harus segera diselamatkan.
Tentang Yayasan KEHATI
Dibentuk pada 12 Januari 1994, Yayasan KEHATI bertujuan untuk menghimpun dan mengelola sumber daya yang selanjutnya disalurkan dalam bentuk dana hibah, fasilitasi, konsultasi dan berbagai fasilitas lain guna menunjang berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan. Beberapa tokoh dibalik terbentuknya Yayasan KEHATI antara lain, Emil Salim, Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, dan Nono Anwar Makarim.
Selama lebih dari dua dekade, Yayasan KEHATI telah bekerja sama dengan lebih dari 1.500 lembaga lokal yang tersebar dari Aceh hingga Papua, serta mengelola dana hibah lebih dari US$ 200 juta. Dana tersebut berasal dari donor multilateral dan bilateral, sektor swasta, filantropi, crowd funding, dan endowment fund.
Terdapat 3 pendekatan program yang dikelola oleh KEHATI yaitu ekosistem kehutanan, ekosistem pertanian, dan ekosistem kelautan. Selain itu, Yayasan KEHATI juga mengelola program khusus antara lain Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Sumatera dan Kalimantan, dan Blue Abadi Fund (BAF), USAID Konservasi Laut Efektif (Kolektif), dan Program Solutions for Integrated Land-and Seascape Management in Indonesia (SOLUSI).