497 views Adaptasi Teknik Budidaya Kopi Dalam Menanggulangi El Nino KEHATI

Adaptasi Teknik Budidaya Kopi Dalam Menanggulangi El Nino



Ilustrasi Budidaya Kopi yang Dilanda El Nino

  • Date:
    18 Sep 2023
  • Author:
    KEHATI

Sebagai salah satu produsen kopi dengan cita rasa internasional, para petani kopi di Indonesia perlu menjaga performa produktivitas dalam menghadapi fenomena El Nino. Meskipun diperkirakan intensitas El Nino berskala lemah hingga moderate, tetapi penurunan curah hujan akan cukup signifikan pada daerah-daerah dengan kondisi tertentu hingga berpengaruh pada keseluruhan kualitas produksi dalam negeri.

 

Dampak El Nino pada Industri Pengolahan Kopi

 

Industri pengolahan kopi di Indonesia sudah mulai berkembang dan menunjukkan konsumsi domestik yang mampu bersaing dengan kepentingan ekspor. Fenomena El Nino yang menyebabkan peningkatan intensitas kekurangan air berimbas pada penurunan kualitas tanaman kopi. Efek domino dari penurunan mutu ini berujung pada terganggunya pertumbuhan ekonomi nasional dari sektor komoditas kopi. Salah satu cara mitigasi terhadap perubahan iklim adalah melalui teknik budidaya. 

 

 

Volume produksi kopi di Indonesia tidak terlalu besar dibandingkan produsen-produsen kopi dunia lainnya. Namun cita rasa yang khas dari kopi Indonesia mendorong daya saing yang bagus di pasar internasional. Menurut Tenaga Ahli Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PUSLITKOKA) PT. RPN, Dr. Pujiyanto, ada 3 jenis spesies kopi yang utama di Indonesia, yaitu Arabika, Robusta, dan Liberika. Sekitar 70-75% produksi kopi Indonesia termasuk jenis Arabika. Di dalam perdagangan kopi, Liberika dimasukkan ke dalam jenis kopi Robusta. 

 

 

Meskipun kopi jenis Robusta hanya sebagian kecil yang masuk dalam kategori fine Robusta, namun untuk sebagian besar kopi jenis Arabika, Indonesia termasuk ke dalam specialty grade yang memperoleh harga premium tinggi. Kopi Arabika di Indonesia hampir 50% ditanam dan diproduksi di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Untuk kopi Robusta di Sumatera Selatan dengan persentase hampir sepertiga dari produksi kopi Indonesia. Setelah itu disusul Lampung, Bengkulu, dan Jawa Timur. Hampir 70% kopi diproduksi di wilayah Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. 

 

 

Cita rasa kopi Indonesia yang khas dari masing-masing daerah diproduksi dan disuplai dengan volume yang terbatas. Alasan ini membuat kopi Indonesia terutama jenis Arabika dibutuhkan oleh para peminat kopi sehingga memiliki harga premium. Dibandingkan dengan kopi Arabika dari Brazil, kopi Arabika Indonesia memiliki harga jauh lebih tinggi. 

 

 

Teknik Budidaya Kopi untuk Mengatasi El Nino

 

 

Untuk menjaga kualitas kopi di Indonesia, teknik budidaya harus diterapkan secara spesifik sesuai lokasi penanaman kopi. Selain itu juga melalui adaptasi varietas dan juga teknik intercropping. 

 

 

Meskipun secara makro tidak terlalu besar, tetapi penurunan curah hujan akan sangat berimbas pada kebun-kebun yang kurang tanaman penaungnya terutama di dataran rendah. Hal ini dikarenakan pembentukan bunga untuk produksi tahun depan terjadi pada musim kemarau tahun ini. Sehingga kekurangan hujan pada tahun ini, dampak terhadap produksi tahun depannya akan besar. Kondisi tersebut juga membuat kualitas biji kopi sangat rendah karena proses pemasakannya yang tidak sempurna, sehingga biji kopi tidak cukup terisi dengan baik.

 

 

Dampak perubahan iklim terhadap mutu kopi bermacam-macam, ada yang berdampak positif dan ada yang berdampak negatif, tergantung pada kondisi dan lokasi dari kebun itu sendiri. Tidak kalah penting sebagai penentu mutu kopi adalah kualitas lahan dan iklim, bahan tanam serta tata tanam, pupuk, pemangkasan, pengendalian hama, penyakit, dan gulma. Cara panen petik merah dengan membiarkan buah yang masih hijau, serta diikuti teknik pengolahan, penjemuran, dan penyimpanan biji juga sangat menentukan kualitas kopi.

 

 

Iklim memang berpengaruh sangat besar pada tingkat produktivitas, namun persentasenya dapat diminimalkan melalui interaksi teknik pembudidayaan. Lebih lanjut Pujiyanto memaparkan mitigasi dampak negatif El Nino pada tanaman kopi antara lain dengan melakukan penyiraman pada areal yang memungkinkan. Setelah itu tanaman penaung perlu dipelihara agar kondisi menjadi lebih gelap. Penambahan populasi penaung pada musim hujan mendatang perlu ditambah pada areal dengan tanaman penaungnya banyak yang mati. Menjelang musim kemarau dilakukan pengendalian gulma baik secara kimiawi ataupun manual untuk mengurangi transpirasi.  

 

 

Mengaplikasikan pupuk organik dan mulsa dilakukan semaksimal mungkin. Pengendalian hama penggeret atau PBKo dilakukan rutin secara manual melalui petik bubuk dan lelesan, karena persentase serangan PBKo bisa naik akibat kemarau panjang. Aplikasi pupuk anorganik N sebanyak 25% dosis tahunan pada akhir musim hujan dengan kondisi tanah yang masih basah.  Untuk jangka panjang sangat bagus apabila dilakukan pola tanam agroforestri dan polikultur multiple cropping, selain menanam varietas/klon kopi unggul yang toleran terhadap kekeringan. 

 

 

Penurunan curah hujan berdampak besar pada tanah-tanah dangkal atau miring. Tetapi pada tanah-tanah yang tebal atau dalam, maka penurunan curah hujan dampaknya akan menjadi kecil terhadap tanaman. Sangat penting untuk memilih varietas bahan tanam yang memiliki perakaran yang dalam dan mampu beradaptasi pada kondisi kekurangan air. Varietas unggul yang cukup memiliki toleransi lebih tinggi daripada varietas yang sudah ada sebelumnya, antara lain adalah Arabika Komasti yang dikembangkan dengan benih atau biji mampu memberikan hasil produksi yang tinggi dan toleran terhadap cekaman air. Menteri Pertanian telah merilis jenis Robusta Hibiro 1-5 yang memiliki perakaran dalam dan juga toleran terhadap perubahan iklim. Varietas kopi untuk batang bawah BP 308 perakarannya sangat ekstensif dan dalam. 

 

 

Pujiyanto juga menginformasikan bahwa PT. RPN memiliki kebun percobaan di kota Jember Provinsi Jawa Timur. Selama beberapa tahun, di kebun percobaan ini dilakukan pengamatan. Dari pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata setiap tahun terjadi peningkatan suhu rata-rata. Jika suhunya semakin meningkat akibat El Nino, maka tingkat keparahan dari tanaman kopi juga menjadi semakin besar. Pada tanaman kopi ditemukan luka karena langsung terkena sinar matahari akibat dari kurangnya awan dan tanaman penaung. Peningkatan suhu juga menyebabkan hama penggerek buah kopi (PBKo) yang biasanya hanya ditemukan di dataran rendah kurang dari 700 meter, maka di dataran tinggi di atas 1000 meter permukaan laut pun mulai terserang hama tersebut.  

 

 

Berdasarkan hasil riset, dinyatakan bahwa pengaruh penaung sangat besar terhadap produksi kopi. Produktivitas kopi akan lebih stabil dan berkualitas pada kondisi perkebunan kopi dengan tanaman penaung yang baik. Penaung sementara atau penguat teras berpengaruh dalam mengurangi erosi, terkait dengan kesuburan tanah. Tanah yang berkurang kesuburannya dengan cepat maka tanaman kopi akan sangat rentan terhadap perubahan iklim. Makin banyak pupuk organik produksi kopi makin naik. Penerapan mulsa juga baik untuk pertumbuhan tanaman yang berarti meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman air pada musim kemarau baik kemarau normal maupun kemarau karena El Nino. 

 

 

LVListyo (Tim KEHATI)