2,668 views Cerita Upaya Penyelamatan Harimau Sumatera di Barumun - KEHATI KEHATI

Cerita Upaya Penyelamatan Harimau Sumatera di Barumun



  • Date:
    06 Des 2019
  • Author:
    KEHATI
  • Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) di Tapanuli Selatan, sebagai satu harapan menuju peningkatan populasi harimau Sumatera. Di tempat ini, pertemuan Gadis dan Monang, telah menghasilkan dua bayi harimau.
  • Pemerintah punya target peningkatan populasi satwa langka, salah satu harimau Sumatera, sebesar 10%, sampai 2019. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupaya melakukan population viability assessment (PVA), semacam perhitungan survei populasi pada 2016. Dari data ini, KLHK menemukan ada peningkatan populasi harimau Sumatera ada peningkatan, menjadi jadi 604 ekor.
  • Pemerintah melalui KLHK, mengupayakan peningkatan populasi harimau dengan berbagai cara, antara lain membuat kantong-kantong populasi harimau, maupun meningkatkan penegakan hukum bagi pelaku kejahatan satwa liar. Juga ada pusat rehabilitasi harimau, antara lain, tempat korban konflik satwa langka ini dengan manusia.
  • Khusus mengembalikan populasi satwa sangat langka, ktiris dan terancam punah, TFCA-Sumatera, menyiapkan dana US$12,7 juta, prioritas empat satwa terancam punah, yaitu, badak Sumatera, harimau, gajah dan orangutan Sumatera. Total dana teralokasi US$42,7 juta sampai 2023.

Namanya Gadis. Ia adalah harimau betina yang terkena jerat di sekitar kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), Mandailing Natal, Sumatera Utara. Satu kaki Gadis, terkena seling baja pemburu hingga terpaksa diamputasi. Kini, Gadis hidup di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) di Tapanuli Selatan. Kawasan ini berada di dekat Suaka Margasatwa Barumun. Ia hidup bersama Monang. Harimau jantan yang berhasil diselamatkan dari jerat pemburu di hutan Desa Parmonangan, Simalungun, Sumut. Luka di kaki Monang, bisa sembuh, hingga tak amputasi seperti Gadis. Monang terkena jerat dua kali, beruntung bisa selamat. Kini, mereka berdua hidup di kandang habituasi. Setelah sepasang satwa terancam punah ini bertemu di BNWS, Gadis pun melahirkan dua anak sehat dan lincah.

 

Awal Maret lalu, saya mengunjungi BNWS. Saya ikut rombongan Indra Exsploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Direktorat Jendral Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya (KSDAE), KLHK, Direktur Tropical Forest Conservation Action – Sumatera (TFCA – Sumatera), Samedi, dan Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI, Riki Frindos. Kami ingin melihat perkembangan empat harimau Sumatera, di sana.   Indra Expolitasia mengatakan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupaya melakukan population viability assessment (PVA),  semacam perhitungan survei populasi pada 2016. Dari data ini, KLHK menemukan ada peningkatan populasi harimau Sumatera jadi 604 ekor.  “Dengan target peningkatan populasi 10% sampai akhir 2019, membuat kantong-kantong baru populasi harimau Sumatera, akan terus dilakukan. Pengembangan populasi di seluruh Sumatera,” katanya.

 

Pemerintah melalui KLHK, mengupayakan peningkatan populasi harimau dengan berbagai cara, antara membuat kantong-kantong populasi harimau, maupun meningkatkan penegakan hukum bagi pelaku kejahatan satwa liar. Selain itu, juga bikin pusat rehabilitasi harimau, antara lain, untuk korban konflik dengan manusia. Cara ini, dia harapkan mampu meningkatkan populasi harimau, dan menekan dari ancaman kepunahan. Kesulitan paling besar menjaga populasi dan habitat harimau, katanya, masalah perburuan untuk perdagangan ilegal. Fragmentasi habitat, katanya, juga jadi masalah besar lain. Begitu juga penegakan hukum harus terus lanjut, sejalan membuat kantong baru.

 

BNWS yang berdekatan dengan SM Barumun, jadi salah satu model menjaga populasi harimau Sumatera yang berkonflik dengan manusia. Lokasi ini, tempat penyelamatan harimau korban konflik. Kala harimau sudah benar-benar kembali liar setelah menjalani berbagai proses–mulai rehabilitasi, habituasi dan reintroduksi–, maka akan kembali ke alam. Ia bisa dilepas di SM Barumun. “BNWS ini, lokasi berhadapan langsung dengan SM Barumun. saat harimau Sumatera bisa bertahan, langsung dilepaskan di ujung sana, yang menembus ke SM Barumun. Ini bagian dari menjaga populasi, menekan kepunahan karena ada upaya perburuan berujung kematian, ” kata Indra. Kandang semi alami di BNWS, rumah sementara empat harimau Sumatera, Gadis, Monang dan dua anaknya.

 

Di Sumatera, katanya, ada dua pusat rehabilitasi harimau Sumatera, di Dharmasraya, Sumatera Barat, lalu Tambling, Lampung. Ada BNWS juga.  Gadis dan Monang di BNWS , dari kebuasan bertahan, mereka bisa kembali ke habitat asli, termasuklah kedua buah hatinya. Ada beberapa kajian habitat perlu sebelum harimau rilis ke alam, antara lain, ketersediaan pakan. Juga sisi ekologi, apakah ada sumber air mencukupi, dan sosial ekonomi dengan melihat, apakah di lokasi pelepasliaran dekat pemukiman manusia atau tidak, hingga aman bagi satwa dan manusia.

 

Dana konservasi 

 

Samedi menambahkan, saat ini total ada dana US$30 juta utang Indonesia untuk program konservasi. “Bisa spesies, bentang alam dan masyarakatnya. Dana itu secara umum bisa dipergunakan.”  Khusus mengembalikan populasi satwa sangat langka, kritis dan terancam punah, TFCA-Sumatera, menyiapkan dana US$12,7 juta, prioritas empat satwa terancam punah, yaitu, badak Sumatera, harimau, gajah dan orangutan Sumatera. Total dana teralokasi US$42,7 juta sampai 2023. Meskipun begitu, katanya, tak tertutup kemungkinan dana itu untuk upaya peningkatan populasi spesies lain. Di Sumatera, satwa termasuk spesies endemik dalam keterancaman tinggi. Hutan, katanya, alami deforestasi.

“Saat deforestasi besar terjadi, habitat satwa terpotong-potong, yang terjadi konflik antara manusia dan satwa. Ini sangat tidak sehat, harus segera diselesaikan,” kata Samedi.  Dari sisi populasi satwa, katanya, belum menggembirakan. Harimau Sumatera, misal, populasi disebutkan sekitar 600-an, bukan kondisi baik bagi satu spesies dalam jangka panjang.

Sumber: https://www.mongabay.co.id/2019/03/13/cerita-upaya-penyelamatan-harimau-sumatera-di-barumun/