Damkar Beri Pelatihan dalam Mengurangi Bencana & Korban
Ilustrasi Proses Pemadaman Api oleh Damkar, Sumber : AdobeStock
-
Date:
02 Des 2023 -
Author:
KEHATI
Mitigasi atau penanggulangan bencana kebakaran sangat penting terutama di perkotaan yang padat penduduk. Aktivitas manusia berpotensi meningkatkan resiko terjadinya kebakaran. Semakin padat penduduk di suatu wilayah, akan semakin tinggi tingkat resikonya. Mitigasi kebakaran bertujuan untuk meminimalkan korban sampai tingkat yang paling rendah atau bahkan nol.
Mengupas soal mitigasi, masyarakat sangat membutuhkan program pelatihan emergency atau keadaan darurat. Bencana kebakaran adalah salah satu ancaman bagi masyarakat terutama mereka yang bekerja di perkantoran. Pada titik atau lokasi kebakaran banyak benda atau barang di sekitar yang mudah meletup. Kondisi tersebut menimbulkan kepanikan. Kepanikan pada saat evakuasi, seseorang yang melakukan pemadaman secara mandiri sering dipengaruhi oleh faktor nyali sehingga api sulit untuk dipadamkan. Oleh karena itu pentingnya memahami ilmu pemadam dan protokol evakuasi mengurangi kepanikan tersebut, sehingga jatuhnya korban dapat dihindari. Ketika sudah memahami, maka rasa percaya diri akan muncul sehingga proses menyelamatkan diri berjalan dengan lancar.
Pada kesempatan wawancara, Mohammad Ridwan sebagai Kepala Regu Penyelamatan Grup C Pemadam Kebakaran (Damkar) Pasar Minggu, mengupas tentang perlunya pelatihan penyelamatan diri dalam kondisi darurat. Menurut Ridwan, salah satu upaya Damkar sebagai bentuk pencegahan kebakaran adalah dengan sosialisasi ke tingkat masyarakat.
Selain sosialisasi, Damkar juga membentuk tim inspeksi untuk sidak ke gedung-gedung terutama gedung bertingkat. Gedung perkantoran seharusnya memenuhi standar keselamatan bagi para karyawannya sesuai dengan ketentuan yang harus ditaati. Kantor harus memiliki akses darurat ketika terjadi kebakaran. Terkait itu, tim inspeksi akan mengecek kelengkapan proteksi kebakaran gedung, emergency exit serta jalur evakuasi. Di samping pelatihan evakuasi, setiap gedung perkantoran selayaknya memiliki manajemen tanggap darurat untuk menghadapi situasi genting.
Perlu ditekankan upaya untuk mencegah terjadinya kebakaran. Sidak yang dilakukan oleh Damkar tidak mengarah pada spek gedung, melainkan lebih mempertimbangkan faktor keselamatan manusia. Semakin tinggi sebuah gedung perkantoran, akan semakin banyak manusia yang beraktivitas di dalamnya. Namun bagi Gedung yang belum memenuhi prosedur tanggap darurat, mereka tidak akan diberi sanksi. Para petugas hanya memberikan peringatan sesuai aturan yang sudah ada.
Dalam materi pelatihan dikatakan bahwa untuk memudahkan proses evakuasi, gedung perkantoran harus menempatkan petunjuk arah menuju tangga tangga darurat. Tangga darurat merupakan akses darurat menuju pintu keluar dan harus selalu dalam keadaan steril. Yang dimaksud dengan steril di sini adalah hanya boleh dipakai dalam keadaan darurat. Tangga darurat biasanya dibatasi oleh pintu besi yang berfungsi untuk mencegah api merambat masuk. Pintu besi tersebut hanya bisa dibuka dari dalam. Di dalam aturan juga menyebutkan bahwa tangga darurat juga harus steril dari api dan asap. Asap dan api adalah faktor pembunuh nomor satu ketika seseorang terjebak di dalam kebakaran. Disarankan pada tangga darurat supaya disediakan alat proteksi kebakaran.
Biasanya, setelah memberikan pelatihan, Mohammad Ridwan akan menguji mental peserta melalui simulasi. Program simulasi ini bertujuan agar peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan tentang perilaku api dan cara menghadapinya.
“ Pada saat kita akan memadamkan, perilaku api itu seperti apa. Akan kita perlihatkan cara menggunakan alat tradisional dan alat modern. Bagaimana cara memadamkan kebocoran gas dengan alat tradisional seperti goni dan selimut tebal,” Ridwan menambahkan.
Jakarta memiliki potensi besar terjadinya kebakaran. Kota yang maju, seringkali akan berimbas pada kepadatan penduduk yang tinggi. Kepadatan penduduk tinggi berbanding lurus dengan aktivitas yang tinggi pula, terutama aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah aktivitas memasak. Setiap rumah pasti memiliki dapur dan kebakaran sering terjadi di area tersebut. Selain itu, kelalaian penggunaan elektronik atau listrik juga dapat menimbulkan bahaya kebakaran. Contohnya adalah lupa untuk mematikan dispenser atau AC.
Pembekalan mitigasi bencana kebakaran tidak hanya untuk peserta yang bekerja di dalam kantor, tetapi juga bisa untuk di rumah. Menurut teori yang disampaikan oleh Ridwan, gas tidak akan meledak apabila belum memenuhi ruangan. Oleh karena itu, lebih aman apabila penempatan tabung gas berada di luar ruangan atau tata letak dapur yang berada di luar. Terkait dengan aktivitas memasak, ketika gas sebagai penyebab kebakaran, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencabut regulator supaya aliran gas berhenti. Biasanya ketika terjadi kebakaran kita refleks lebih fokus pada media yang terbakar. Dikhawatirkan ketika kita lebih fokus ke api, gas tersebut masih mengalir. Hal itu sangat beresiko. Jika di dapur tidak ada alat pemadam modern, bisa dilakukan dengan cara tradisional yaitu handuk atau kain tebal yang dibasahi lalu diselimutkan pada seluruh area yang terbakar untuk menutup oksigen.
Untuk menghindari terjadinya kebakaran, ketika para penghuni kantor atau rumah menyadari ada api kecil harus langsung dilakukan pemadaman lebih awal. Selain itu, wajib dipastikan juga alat-alat elektronik sudah sesuai standar. Faktor pemicu kebakaran utamanya adalah manusia. Gas dan listrik sebenarnya cukup aman apabila sesuai prosedur. Daya listrik yang dipaksa menampung beban pemakaian yang lebih tinggi akan menimbulkan arus pendek.
Pelatihan yang diberikan Damkar biasanya adalah hasil kerjasama dengan kantor-kantor. Sesuai dengan aturan yang berlaku, pelatihan diberikan minimal satu tahun sekali secara rutin untuk melatih kebiasaan.
“ Apalagi kalau gedung tinggi itu harus dibentuk organisasinya yaitu MKKG (Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung). Jadi ketika terjadi kebakaran itu ada struktur manajemennya,” lanjut Ridwan.
Respon cepat tanggap Damkar tergantung pada jarak TKP dan kondisi lalu lintas dengan standar minimal di bawah 15 menit. Namun seringkali terhalang oleh kepadatan penduduk dan kemacetan lalu lintas seperti misalnya di Jakarta, sehingga tidak memungkinkan untuk sampai ke lokasi dengan cepat. Oleh sebab itu solusi untuk kondisi seperti itu adalah penambahan pos-pos pemadam kebakaran. Menurut aturan, setiap satu kelurahan terdapat minimal 1 unit pemadam kebakaran dengan jumlah anggota 4 sampai 6 orang. Namun fakta di lapangan biasanya hanya terdapat 3 sampai 4 orang, karena pihak Damkar sendiri masih kekurangan sumber daya.
‘ Tapi itu tidak membuat kami patah semangat karena pemadam kebakaran merupakan kerja tim,” pungkas Ridwan.
LVListyo (Tim KEHATI)