Edukasi Pelestarian Burung Air Melalui Kegiatan Sensus Burung Air Asia 2023
-
Date:
16 Jan 2023 -
Author:
KEHATI
Siaran Pers
Perubahan siklus musiman mempengaruhi berbagai hal yang mendukung kehidupan burung air
Jakarta-Biodiversity Warriors (BW) KEHATI melakukan sensus burung air Asia (Asian Waterbird Census) di Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk Jakarta (15/1). Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap tahun di bulan Januari pada minggu kedua sampai minggu ketiga. Tahun-tahun sebelumnya, kegiatan serupa dilakukan oleh BW KEHATI di Hutan Lindung Angke Kapuk, berjarak 7 km dari lokasi kegiatan sensus sekarang.
Tujuan utama dari kegiatan ini yaitu untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terutama generasi muda tentang keberadaan burung air, populasinya yaitu lahan basah, serta fungsi dari keberadaan mereka bagi manusia dan alam sekitar. Populasi burung air menjadi indikator lingkungan yang penting dalam pengelolaan lahan basah. Di beberapa daerah persawahan, burung air bermanfaat sebagai pengendali hama.
“BW KEHATI berharap kegiatan sensus burung air dapat membangun penyadartahuan dan keperdulian generasi muda terhadap keberadaan burung air di Indonesia. Selain keragaman jenis, peserta akan dijelaskan tentang peran dari burung air dan habitatnya di lahan basah,” ujar Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika Anggraini. Ekosistem lahan basah memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai pengatur tata air, penyedia berbagai sumber daya bagi masyarakat, serta habitat bagi beragam spesies Rika menambahkan.
Selain itu, kegiatan sensus ini bertujuan untuk memperbarui data burung air dan migrasi dari data tahun sebelumnya. Pembaruan data pemantauan ini diharapkan dapat mendukung upaya konservasi yang efektif. Pada pengamatan sebelumnya tahun 2021 di Hutan Lindung angke Kapuk, terdapat 8 jenis burung air yang berhasil dicatatkan, yaitu pecukular asia, bambangan kuning, blekok sawah, kokokan laut, kuntul kecil, bangau bluwok, itik benjut, dan kareo padi.
Hasil sensus burung air 2023 kali ini berhasil mendata 14 jenis burung air, yaitu pecuk-ular asia, kuntul kecil, pecuk-padi hitam, pecuk-padi kecil, blekok sawah, trinil pantai, kowak-malam abu, itik benjut, cangak besar, cangak merah, cangak abu, kokokan laut, kuntul karang, kareo padi, bangau bluwok, dan bambangan hitam.
Kegiatan kali ini diikuti oleh beberapa perwakilan mahasiswa dari Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Nasional, IPB University, Uhamka, LP3I, Universitas Nusa Bangsa, Komunitas Konervasi Satwa Liar ASTA, wadah komunitas aparatur sipil negara (ASN), Jakarta Birdwatchers Society, dan perwakilan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Dampak Perubahan Iklim terhadap burung air
Keberadaan burung air juga dipengaruhi oleh kondisi perubahan iklim. Perubahan siklus musiman seperti curah hujan mempengaruhi berbagai hal yang mendukung kehidupan burung air. Beberapa burung air seperti burung perancah, burung laut, juga burung pantai sangat bergantung terhadap keberadaan lahan basah untuk mencari makan serta tempat bersarang.
Salah satu kelompok yang terdampak dari perubahan iklim adalah burung pantai. Perubahan ketinggian air laut dapat menyebabkan pergeseran garis pantai sebagai tempat para burung pantai mencari makan. Akibatnya, jumlah burung yang dapat mencari makan dalam satu tempat semakin sedikit dan memaksa sebagian lainnya mencari tempat baru untuk mendapatkan makanannya. Pergeseran garis pantai yang terjadi juga memaksa para burung tersebut untuk mencari tempat bersarang yang lebih jauh dari wilayah pesisir ke arah daratan.
Tidak hanya nasib burung pantai yang berada dalam ancaman. Perubahan cuaca yang semakin ekstrim mengganggu kemampuan sebagian besar burung laut untuk mencari makanan dan bermigrasi karena hanya sedikit jenis burung laut yang dapat bertahan pada cuaca ekstrim dan badai seperti burung cikalang dan petrel. Cuaca buruk juga dapat mengurangi angka harapan hidup mereka. Terlebih lagi, jenis-jenis migrasi seperti bangau bluwok dan cikalang Christmas perlu mengubah kompas dan waktu mereka dalam melakukan migrasi tahunan.
Burung air harus berjuang untuk mencari tempat tinggal yang semakin tidak menentu. Rawa dan danau yang mengering, perubahan bentuk lahan basah, serta perubahan musim yang tidak menentu mengharuskan burung air harus beradaptasi dan mengubah pola hidup. Mereka terpaksa harus lebih sering berpindah untuk bisa tetap mendapatkan makanan dan tempat untuk membesarkan anak-anaknya. Hal ini memberikan gambaran bagaimana perjuangan para burung air dan keturunannya untuk mempertahankan hidup dalam tekanan perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Tentang Yayasan KEHATI
Dibentuk pada 12 Januari 1994, Yayasan KEHATI bertujuan untuk menghimpun dan mengelola sumber daya yang selanjutnya disalurkan dalam bentuk dana hibah, fasilitasi, konsultasi dan berbagai fasilitas lain guna menunjang berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan. Beberapa tokoh dibalik terbentuknya Yayasan KEHATI antara lain, Emil Salim, Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, dan Nono Anwar Makarim.
Selama lebih dari dua dekade, KEHATI telah bekerja sama dengan lebih dari 1.000 lembaga lokal yang tersebar dari Aceh hingga Papua, serta mengelola dana hibah lebih dari US$ 200 juta. Dana tersebut berasal dari donor multilateral dan bilateral, sektor swasta, filantrofi, crowd funding, dan endowment fund.
Terdapat 3 pendekatan program yang dikelola oleh KEHATI yaitu ekosistem kehutanan, ekosistem pertanian, dan ekosistem kelautan. Selain itu, Yayasan KEHATI juga mengelola program khusus antara lain TFCA Sumatera, TFCA Kalimantan, SPOSI, dan BAF.
Visi
Alam Lestari Untuk Manusia Kini dan Masa Depan Anak Negeri
www.kehati.or.id
IG @yayasankehati
FB Yayasan KEHATI
t @KEHATI
TT @yayasankehati
Media Contact
Muhammad Syarifullah
PR and Education Outreach Manager KEHATI
Phone: +6281380909881
Email: m.syarifullah@kehati.or.id