Opini : Kepemimpinan Perempuan Dalam Praktik ESG
Pemilihan Bibit Untuk Pelestarian Hutan. Foto : Shutterstock
-
Date:
22 Apr 2024 -
Author:
KEHATI
Oleh :
Dr. Emilia Bassar
Founder CPROCOM (Center for Public Relations, Outreach and Communication)
Communications Director PT IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park)
Dosen MKom Universitas Mercu Buana
Sebagai perempuan, momen Hari Kartini (21 April) dan Hari Bumi (22 April) pasca pandemi Covid-19 yang mematikan di tahun 2020-2022, selalu membangkitkan refleksi mendalam. Bukan sekadar perayaan, momen ini mengingatkan kita tentang keterkaitan erat antara kesetaraan gender, kelestarian lingkungan, dan masa depan planet kita.
Seperti virus Covid yang dengan cepat melumpuhkan dunia dari satu titik di China, perubahan iklim ekstrem di satu tempat pun dapat dengan mudah menjangkau belahan dunia lain, mengancam keberlanjutan kehidupan di Bumi.
Kesadaran ini mendorong saya, untuk mengambil tindakan. Di tahun 2022, saya menggagas Climate Communication Forum (CCF) bertemakan “Emphasizing the S (Women) in The ESG Communication“. CCF teranyar telah sukses dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2024 dengan mengangkat tema “The Role of Communication in ESG”.
Kegiatan CCF sendiri pertama kali diselenggarakan tahun 2018 dengan tema “Climate for Women in Climate Change Communication”. Inisiatif ini menjadi awal mula berbagai kegiatan berbasis keberlanjutan yang dijalankan oleh lembaga yang saya dirikan, CPROCOM (Center for Public Relations, Outreach and Communication).
Isu keberlanjutan, khususnya ESG (Environmental, Social, and Governance), telah sepenuhnya menarik perhatian saya. Berawal dari kekuatiran terhadap lingkungan dan perubahan iklim, fokus saya kemudian berkembang hingga mencakup isu gender, DEI (Diversity, Equity, and Inclusion), dan kepatuhan terhadap regulasi.
Saya merasa bahwa penting untuk terlibat dalam gerakan ESG ini sekaligus mendorong perempuan lain untuk aktif berkontribusi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Kekuatan Kepemimpinan Perempuan
ESG yang mulai diperkenalkan di tahun 2004, kini telah berkembang menjadi arus utama praktik korporasi global terutama setelah pandemi Covid-19. Strategi pengelolaan isu ESG pun sudah menjadi suatu kebutuhan bagi korporasi, terintegrasi dengan kebijakan dan budaya perusahaan.
Perkembangan pesat ESG tersebut tidak lepas dari peran penting perempuan. Kepemimpinan perempuan dalam isu ini menjadi bagian dari upaya global untuk mengkomunikasikan ESG secara masif dan intensif melalui berbagai platform media. Pesan utamanya adalah ESG penting dan membutuhkan peran laki-laki dan perempuan yang setara.
Salah satu kontribusi utama perempuan dalam ESG adalah komitmennya yang begitu kuat terhadap inklusivitas. Perempuan secara aktif mempromosikan keberagaman di berbagai ruang lingkup, dan ingin memastikan bahwa suara mereka didengar dalam mencapai keberlanjutan yang menyeluruh.
Perempuan juga berada di garis depan dalam tata kelola keberlanjutan. Keterlibatan perempuan secara konsisten melebihi rekan-rekan laki-laki mereka, sehingga menekankan perlunya ruang rapat yang lebih inklusif. Perempuan sering kali menghadirkan ide dan pengalaman baru, sebagaimana terungkap dalam The 2023 Sustainability Board Annual ESG Preparedness Report yang diterbitkan oleh The Sustainability Board (dilansir dari sustainabilitymag.com).
Lebih jauh lagi, penelitian yang dilakukan oleh Al-Jaifi (2020) serta Wasiuzzaman dan Wan Mohammad (2020) menunjukkan adanya dampak positif antara keragaman gender dan kinerja lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan. Ini menyiratkan bahwa perusahaan yang memiliki lebih banyak direktur perempuan cenderung memiliki praktik ESG yang lebih baik daripada perusahaan yang memiliki lebih sedikit perempuan pada dewan direksi.
Penelitian tersebut menunjukkan peran perempuan dapat meningkatkan fungsi pengawasan, serta kehadiran direktur perempuan mendorong perilaku pemantauan dan pengawasan yang lebih berkualitas (dilansir dari www.esgi.ai).
Di Indonesia, hasil penelitian tersebut juga menunjukkan relevansi yang tinggi. Perusahaan-perusahaan nasional dan multinasional terkemuka di negeri ini semakin banyak yang memiliki direktur perempuan yang berkomitmen pada ESG. Contohnya adalah Ibu Nicke Widyawati, Presiden Direktur PT Pertamina (Persero) dan Ibu Febriani Eddy, Presiden Direktur/CEO PT Vale Indonesia Tbk. Di bawah kepemimpinan mereka, kedua perusahaan mampu mendorong penerapan ESG yang kokoh.
Bahkan di level menteri-pun ada Ibu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI yang giat mengembangkan instrumen investasi hijau melalui green bond.
Peran Strategis dan Praktis dalam Komunikasi ESG
Selain berkontribusi melalui kepemimpinan ESG, perempuan bisa berperan penting dalam ESG melalui bidang komunikasi atau public relations.
Di level strategis, para perempuan praktisi komunikasi dapat menyusun strategi komunikasi ESG yang sistematis dan terukur untuk membantu manajemen puncak perusahaan memahami mengapa perusahaan perlu berinvestasi dalam kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola, dan bidang apa yang akan menjadi fokus perusahaan untuk ditingkatkan. Dengan bahasa yang lugas dan data yang meyakinkan, mereka dapat menjelaskan bagaimana ESG dapat meningkatkan reputasi, daya tarik investor, maupun loyalitas pelanggan.
Pada tataran praktis, gaya komunikasi perempuan juga sejalan dengan prinsip penyusunan strategi ESG, karena cenderung partisipatif, demokratis dan berorientasi proses. Perempuan terampil dalam memfasilitasi proses identifikasi kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan serta mematuhi regulasi yang berlaku (Birindelli dkk, 2018:3).
Oleh karena itu, perempuan harus berani mengambil peran aktif dalam mengkomunikasikan isu-isu ESG secara lebih efektif, baik ke pemangku kepentingan internal maupun eksternal perusahaan. Inisiatif ini akan membantu perusahaan untuk menunjukkan komitmen ESG beserta dampaknya bagi masyarakat.
Banyak kanal media yang bisa dimanfaatkan maupun kegiatan komunikasi yang bisa dilakukan untuk mengampanyekan penerapan praktik ESG suatu perusahaan.
Berdasarkan pengalaman, beberapa aktivitas berikut dapat diterapkan sebagai bagian mengampanyekan ESG yakni berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui WhatsApp Group atau Telegram dengan anggota yang beraneka ragam latar belakangnya; berinteraksi langsung dengan followers melalui Instagram Live; membuat forum diskusi dengan para profesional, pegiat, akademisi, dan mahasiswa; siaran dialog di stasiun radio seperti RRI, serta kegiatan kreatif tiap minggu pagi bagi anak-anak usia sekolah.
Kegiatan sharing knowledge, berbagi praktik-praktik terbaik, dan lainnya ini dilakukan untuk memotivasi dan menginspirasi publik, serta call to action dengan kapasitas yang kita miliki.
Tentunya perlu makin banyak perempuan Indonesia yang bisa berkiprah dalam isu ESG ini di berbagai level, serta mampu menjaga komitmen dalam menjalankan kegiatan-kegiatan ESG yang melibatkan berbagai pihak.
Keterlibatan aktif perempuan di level strategis hingga praktis dalam isu ESG tidak hanya memperkuat komitmen keberlanjutan, tetapi juga membuka peluang pemberdayaan perempuan itu sendiri. Mari bersama-sama, perempuan dan ESG saling menguatkan untuk masa depan yang lebih hijau, adil, dan sejahtera.
Referensi:
Artikel “Composition and Activity of the Board of Directors: Impact on ESG Performance in the Banking System” oleh Giuliana Birindelli, Stefano Dell’Atti, Antonia Patrizia Iannuzzi and Marco Savioli, 2018 (https://www.mdpi.com/2071-1050/10/12/4699).
https://sustainabilitymag.com/sustainability/why-we-need-more-women-driving-esg-at-board-level-and-fast