739 views Menaruh Asa Dibalik Pelepah Sawit - KEHATI KEHATI

Menaruh Asa Dibalik Pelepah Sawit



  • Date:
    06 Des 2022
  • Author:
    KEHATI

Suatu siang, Selasa, (15/11/2022) Nurlia, ibu rumah tangga berasal dari Desa Lara, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, terlihat sibuk di tengah tumpukan pelepah sawit. Kedua tangannya begitu lihai menyerut pelepah sawit dengan alat sederhana.

 

Sesekali ia berdiri meregangkan otot. Sudah berjam-jam ia menghabiskan waktu duduk dihadapan pelepah sawit demi menghasilkan banyak lidi. “Ini sudah menjadi aktivitas saya sehari-hari. Menyerut lidi adalah pekerjaan yang menyenangkan,” ujarnya.

 

Ibu tiga orang anak ini seolah tak merasa lelah duduk berjam-jam menekuni pekerjaannya. Sambil sesekali menyeka peluh yang menetes di wajahnya, tangannya kembali meraih pelepah sawit untuk memisahkan daun sawit dengan lidi.

 

Pekerjaan itu rutin ia lakukan untuk menambah nafkah keluarga. Setelah selesai menyiapkan makan siang bagi suami dan anak-anaknya, Nurlia menyerut daun sawit hingga menjadi lidi. Pekerjaan itu menyita banyak waktu. Namun bagi dirinya hal itu lebih baik daripada waktunya habis terbuang sia-sia untuk hal-hal yang tidak berguna.

 

“Daripada saya hanya diam mendingan menyerut daun sawit supaya dapat banyak lidi. Setelah itu saya jual. Lumayan hasilnya bisa membantu suami saya memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ucapnya sumringah. Satu kilogram lidi dijual seharga Rp 2.500. Dalam sehari Nurlia bisa menghasilkan  3-4 kg lidi. Berarti dalam sehari ia bisa mengantongi Rp 7.500 – Rp 10.000. Lumayan untuk menambah uang dapur.

 

Nurlia hanya satu dari banyak perempuan di Desa Lara Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat yang mengandalkan lidi sebagai tambahan penghasilan. Di sebelah kanannya, Masdalia tak kalah sibuk. Dengan gesit ia mengumpulkan lidi-lidi yang telah ia hasilkan hari ini.

 

Untuk menghilangkan penat saat bekerja, Nurlia dan Masdalia bekerja sambil bersenda gurau. Candaan mereka mampu memecah keheningan ibu-ibu lainnya yang juga berasal dari Desa Lara.

 

Sambil menyeka peluh dengan buku jarinya, ibu empat anak itu menyemangati teman-temannya. “Masih ada waktu, kita pasti bisa menghasilkan banyak lidi. Kita pasti bisa!” ujar Masdalia.

 

Para perempuan ini semula hanya berdiam di rumah dan tidak melakukan kegiatan produktif. Sekarang mereka sudah memiliki aktivitas baru yang bisa menghasilkan uang dari lidi pelepah sawit. Kaum perempuan di desa tersebut berharap usaha jual beli lidi sawit ini terus berkembang sehingga  mereka bisa sejahtera.

 

Untuk memroduksi lidi, para perajin itu harus mengumpulkan pelepah sawit dari kebun sawit yang berada tidak jauh dari rumahnya. Pelepah sawit itu dibawa pulang dan mereka menyerutnya menjadi lidi di rumah masing-masing. Terkadang mereka kumpul bersama untuk mengerjakan lidi.

 

“Sudah dua bulan saya punya aktivitas baru. Lumayan, dari lidi-lidi ini saya bisa mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk ditabung untuk kebutuhan anak-anak sekolah,” ucapnya. Setidaknya, hasil jerih payahnya dapat meringankan suaminya yang sehari-sehari bekerja sebagai petani sawit untuk memenuhi perekonomian keluarga.

 

Para perempuan tersebut merupakan binaan Koperasi Masagena Lalla Tassiara (Malata). Lidi yang dihasilkan para perajin dijual melalui Koperasi Malata yang mengumpulkan lidi tersebut kemudian menjualnya ke perusahaan yang tidak jauh dari desa mereka.

 

Dalam kurun waktu satu tahun koperasi tersebut bisa membina para ibu dari dua desa yaitu, Desa Lara dan Suka Maju. Para perempuan tersebut diberi ketrampilan yang bisa menghasilkan uang. Ada 150 orang yang menjadi anggota Koperasi Malata.

 

Pemberdayaan kaum perempuan di dua desa itu menjadi bagian dari program Strengthening Palm Oil Sustainability Indonesia (SPOSI) Yayasan KEHATI. Program selama tiga tahun itu dikerjakan bersama mitra Sulawesi Community Foundation (SCF) dan didukung oleh Foreign, Commonwealth and Development Office (FCDO) Gov. UK.

 

Kabupaten Pasangkayu dan Mamuju Tengah dipilih untuk menjalankan program karena di situ banyak perkebunan sawit rakyat. Pemberdayaan masyarakat dilakukan agar warga bisa menjalankan perkebunan berkelanjutan yang tidak merusak hutan.

 

Berbeda dengan Nurlia dan Masdalia, Ayu yang sedari tadi duduk di depan mereka hanya diam. Matanya tertuju ke tangannya. Dengan teliti ia menyerut daun sawit. Hari ini Ayu punya target menghasilkan banyak lidi.

 

“Lumayan kalau banyak lidi yang dihasilkan, banyak pula uang yang saya dapatkan,” katanya sambil melanjutkan aktivitas. Setelah menyelesaikan serutan daun sawit menjadi lidi, ia kemudian beranjak menyisihkan lidi-lidi itu dan mengumpulkannya menjadi satu.

 

Meski sibuk dan berpeluh, wajah para perempuan perajin lidi itu berbinar. Sore itu mereka terlihat lega karena bisa menghasilkan banyak lidi. Suport dari Koperasi Malata akhirnya membuahkan hasil dan membuka secercah asa bagi para perempuan di desa Lara dan Sukamaju.  (Penulis : Tim KEHATI)