650 views Mendorong Ekonomi Sirkular Dari Problem Sampah Plastik - KEHATI KEHATI

Mendorong Ekonomi Sirkular Dari Problem Sampah Plastik



Bandung, Indonesia : Warga mengumpulkan sampah yang bisa di daur ulang dan diperjualbelikan dari lautan sampah di Sungai Citarum, salah satu sungai paling tercemar di Indonesia (Foto : Sony Herdiana/Shutterstock)

  • Date:
    05 Jun 2023
  • Author:
    KEHATI

Letak geografis Indonesia yang berada di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, menjadikan kawasan perairan di Indonesia mendapat problem tumpukan sampah yang berasal dari negara-negara lain. Meskipun Indonesia juga berkontribusi yaitu sebesar 56 ribu ton, tetapi akumulasi impor sampah yang masuk ke Indonesia total lebih dari 500 ribu ton atau 90% dari timbunan sampah yang ada.

 

Fakta tersebut mendudukkan Indonesia di dalam zona akumulasi sampah laut plastik terbesar (Great Pacific Garbage Patch). Negara-negara penyumbang sampah plastik ke Indonesia adalah Filipina (3.560ribu ton), India (126ribu ton), disusul Malaysia, Cina, dan kemudian Indonesia menempati peringkat ke lima sebelum Brazil dan Vietnam. Selama dua tahun terakhir setelah kampanye dan beberapa kegiatan dilakukan, kajian awal menunjukkan telah terjadi penurunan yang signifikan.

 

Problem sampah yang terjadi di wilayah perairan Indonesia ini diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia, Dr. Kusdiantoro M. Sc, dalam seminar yang diadakan oleh The Society of Indonesian Enviromental Journalists (SIEJ), pada (20/05/2023) dengan tema “Produk Berkelanjutan, Pengelolaan sampah dan dampaknya pada keanekaragaman hayati”.

 

Seminar juga diadakan untuk menyambut peringatan hari keanekaragaman hayati yang jatuh pada tanggal 22 Mei 2023 yang dibarengi dengan kegiatan kampanye di media sosial selama 1 minggu terkait pengelolaan sampah. Pada 5 Juni ini, dunia juga sedang memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia dengan Tema “Beat Plastic Pollution”

 

Pada seminar tersebut, Ketua Umum SIEJ, Joni Aswira menjelaskan bahwa mereka sekaligus menyambut 50 anggota baru SIEJ dari 11 provinsi. SIEJ merupakan satu-satunya organisasi jurnalis lingkungan dengan fokus dan agenda yang strategis dalam mendorong isu lingkungan hidup dan isu perubahan iklim agar menjadi perhatian utama semua pihak.

 

Menurut Joni, narasi lingkungan hidup atau perubahan iklim secara tren sudah mulai bagus. Namun afirmasinya di industri media masih perlu didorong meskipun animo dari jurnalis meningkat untuk mulai melihat isu ini sebagai hal yang urgent.

 

SIEJ sudah beberapa kali melakukan pelatihan secara online maupun offline selain menawarkan berbagai macam beasiswa yang mendapatkan respon sangat baik, tidak hanya dari anggota tetapi juga dari jurnalis yang bukan anggota. Tantangan SIEJ saat ini adalah kapasitas berupa pengetahuan, sumber data, narasumber, dan ekosistem yang belum maksimal guna menyalurkan masalah pencemaran lingkungan ke dalam agenda politik, pendidikan, dan kesehatan.

 

Andre Arnold pengurus Bidang Kelautan dan Wilayah Pesisir SIEJ, menginformasikan laporan dari Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) 20 Maret 2023 tentang kondisi iklim global. Laporan ini membahas tentang dampak iklim, cara beradaptasi serta kerentanan yang diakibatkan, termasuk cara memitigasi krisis iklim agar tidak semakin memburuk. IPCC juga mengutarakan ketidaksetaraan dampak pemanasan global sehingga perlu mengkondisikan keadaan iklim yang lebih baik.

 

Ekonomi Biru

 

Masalah lingkungan terutama sampah plastik merupakan persoalan bersama. Keterlibatan media sangat dibutuhkan untuk melalukan kampanye dalam mitigasi terhadap bencana sampah plastik. Tanpa kita sadari dampak sampah plastik sudah sangat mengancam kehidupan manusia karena sumber daya yang tercemar. Sebagai contohnya adalah kandungan nano atau mikroplastik pada ikan dapat membahayakan kesehatan manusia. Sampah plastik di laut juga menutupi kawasan wisata, lingkungan dan mengakibatkan kehidupan bawah laut terancam.

 

Lebih jauh Kusdiantoro berharap komitmen bersama untuk mengeliminasi sampah plastik, khususnya di laut yang menurut hasil kajian, 50% kontribusi sampah berasal dari darat, sedangkan kontribusi sektor perikanan sekitar 20% yang berasal dari kegiatan penangkapan dan budidaya, sisanya 30% berasal dari kegiatan lain.

 

Polusi sampah yang sudah pada tahap kritis menuntun dunia termasuk Indonesia menuju kegiatan ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular ini semakin populer dan berkembang baik secara nasional maupun internasional. SIEJ memberikan apresiasi pada pihak-pihak swasta yang sudah melihat ekonomi sirkular sebagai suatu keniscayaan sekaligus ikhtiar untuk mencari solusi perubahan iklim. “SIEJ berharap bisa menjadi jangkar bagi semua pihak, tidak hanya pemerintah atau CSO (Civil Society Organization), tetapi juga menjadi jembatan bagi para akademisi,” tutur Joni.

 

Pada seminar itu diungkap perlunya penanganan sampah plastik tidak hanya di laut tetapi juga di hulunya, sehingga bisa terjadi tingkat penurunan secara tajam. Untuk melakukan hal itu, menurut Kusdiantoro, pihak kementerian bersama semua stakeholder merumuskan ekonomi biru sebagai prinsip di dalam pengelolaan wilayah kelautan dan perikanan. Pengelolaan berbasis ekonomi biru tersebut dilakukan dengan mengharmonisasikan fungsi ekologi dan fungsi ekonomi.

 

Dalam ekonomi biru, terdapat 5 program prioritas antara lain memperluas kawasan konservasi laut, penangkapan ikan terukur berbasis kuota, pengembangan budidaya pesisir, laut, dan darat yang berkelanjutan, pengawasan dan pengendalian kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, dan pengelolaan sampah plastik di laut.

 

Payung Hukum

 

Komitmen pemerintah tersebut telah dibuktikan dengan membuat road map hingga tahun 2045 dan mempersiapkan payung hukum mulai dari undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, hingga peraturan menteri.

 

Kata Kusdiantoro, strategi yang dilakukan tidak hanya pasca terjadi sampah plastik, tapi juga ada strategi yang sifatnya pencegahan atau mitigasi. Kemudian dilanjutkan dengan strategi yang sifatnya tindakan langsung pada penanganan hingga sampai pada pengawasan. Secara terus menerus bersama dengan stakeholder, pemerintah melakukan sosialisasi penyadaran tentang bahaya membuang sampah plastik di darat secara sembarangan yang akan berujung pada pencemaran laut.

 

Untuk mencapai target laut Indonesia bebas sampah di tahun 2040 (0% sampah laut), dibutuhkan kolaborasi erat dari lima unsur kekuatan utama yang disebut Sinergi Pentahelix, yaitu unsur pemerintah, masyarakat, akademisi, pelaku usaha, dan media, hingga akhirnya terbentuk ekonomi sirkular sebagai solusi persoalan sampah plastik. “Diharapkan pihak media melakukan kampanye dengan pemberitaan yang pada umumnya akan memperoleh respon cepat dari masyarakat,” ujar Kusdiantoro.

 

Sebagai tindakan nyata dari pemerintah selanjutnya adalah program nasional Bulan Cinta Laut oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tanggal 1-31 Oktober 2022. Gerakan serempak ini menggaet 1500 nelayan dengan nilai imbal balik antara nelayan dengan sampah yang dihasilkan. Dalam satu hari sampah yang dihasilkan mencapai kurang lebih 89 ton.

 

Kampanye berupa edukasi dilakukan secara terus menerus dan digerakkan di semua pemerintah daerah dan pusat Unit Pelaksaan Teknis (UPT). Selain itu pemberian insentif sebagai penguatan dengan memberikan peralatan untuk pengelola plastik.

 

Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini telah bermitra dengan perusahaan-perusahaan plastik dan Holding Semen Indonesia yang sudah berimplementasi dengan Semen Padang dalam bentuk program menabung sampah plastik. Ini menunjukkan bahwa gerakan sampah plastik tidak hanya milik pelaku usaha atau perusahaan plastik tetapi sudah menggandeng perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di bidang non plastik.

 

Penanganan sampah wajib berbasis ekonomi sirkular agar tidak hanya bersifat larangan saja, karena dampak dari hal tersebut akan tidak mendapatkan tanggapan dari masyarakat. Harus ada ekstra strategi dalam proses penanganan sampah plastik yaitu dengan mendorong agar ekonomi sirkular bisa berjalan.

 

Untuk membentuk ekonomi sirkular dilakukan dengan memberikan insentif dan peralatan kepada masyarakat. Beberapa lokasi sudah bergerak melakukan kegiatan ekonomi dengan pengolahan sampah plastik, mulai proses pengumpulan,pemilahan, kemudian pengolahan hasil pres plastik daur ulang hingga penggunaan kembali plastik yang tidak termanfaatkan.

 

 

LVListyo (Tim KEHATI)