817 views Mengisi kemerdekaan dengan konservasi kehati: surat cinta lintas generasi - KEHATI KEHATI

Mengisi kemerdekaan dengan konservasi kehati: surat cinta lintas generasi



  • Date:
    10 Agu 2021
  • Author:
    KEHATI

Ditulis oleh:

Mochamad Indrawan,

anggota Dewan Pembina Yayasan KEHATI

 

 

BAGIAN PERTAMA

Hari Kemerdekaan, dan bahkan “merdeka belajar” dapat dimaknai dengan cara yang ril dan orisinil.   Upaya kerelawanan akan membuahkan hasil bagi bangsa, negara, dan diri sendiri.  Tulisan dua bagian ini menjelaskan bagaimana Biodiversity Warrior dapat berkiprah dalam begitu banyak hal: sains warga, perhutanan sosial, program kampung iklim.

 

Mencari pekerjaan bukan hal mudah, apalagi yang sesuai dengan bidang pendidikan.  Namun, sebenarnya tidak semua sarjana harus bekerja di sektor formal.

 

Kunci keberhasilan ada di masa muda.  Bukankah keberhasilan para tokoh masyarakat seringkali berasal dari aktivisme di kampus.  Menjadi relawan dapat membuka banyak pintu di kemudian hari sehingga sangat cocok bagi orang muda baik sarjana maupun mahasiswa. Membuka wawasan dan meraih pengalaman di sektor ril dapat dimulai dari sekarang.

 

Begitu banyak peluang terbuka luas.  Sebagai contoh Program Kampung Iklim maupun Perhutanan Sosial. Program-program yang sangat menyentuh masyarakat ini sangat membutuhkan pendamping.  Bahkan dengan dorongan kreativitas dapat diterapkan sains warga untuk terobosan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

 

Berpartisipasi dalam kerelawanan bahkan dapat berbuah aksi nyata menanggapi perubahan iklim sekaligus membantu mengarus utamakan keaneka ragaman hayati.  Tugas-tugas demikian bukan hanya sangat menarik namun juga sangat mulia, dan secara langsung dan tidak langsung dihargai masyarakat.

 

Sains warga

Sains warga membuka kesempatan yang besar bagi para relawan.  Termasuk diantaranya adalah pengembangan ilmu taksonomi, tanaman obat dan kesehatan.  Ilmu taksonomi mempelajari teori dan praktik penggolongan atau klasifikasi makhluk hidup.  Pendekatan pendekatan morfologi, DNA dan bahkan perilaku (“species recognition concept”) digunakan untuk membedah identitas suatu spesies.

 

Melalui pendekatan taksonomi dapat diketahui, bahwa banyak spesies yang berkerabat dan mirip ternyata secara evolusi sudah menjadi satuan yang berbeda beda.  Contohnya sekitar 100 spesies burung kacamata tersebar di Indo Pasifik dan Afrika. Banyak diantaranya sulit dibedakan hanya dengan visual saja.

 

Dengan mendalami taksonomi maka dapat ditentukan daerah-daerah yang memiliki spesies yang unik, bahkan menarik untuk pengembangan ekowisata.  Sebagai contoh, hampir separuh spesies burung Papua adalah endemik alias hanya terdapat di pulau itu dan tidak di tempat lain manapun di dunia. Hal yang sama untuk 2/3 mamalia darat di Sulawesi.

 

Taksonomi juga membantu menentukan kawasan kawasan yang penting untuk konservasi.  Pada pegunungan Gandang Dewata yang baru ditetapkan sebagai taman nasional masih mungkin ditemukan berbagai spesies flora dan fauna yang akan mengukuhkannya sebagai dunia yang hilang.

 

Apakah pekerjaan taksonomi hanya ranah peneliti biologi?  Di Google masih ditemukan kisah Pierre Morvan yang giat mengungkap biogeografi kumbang tanah (Carabidae) dari Asia, dan menemukan 600 spesies kumbang baru untuk ilmu pengetahuan.  Profesi utamanya?  Pengemudi taksi di kota Paris.

 

Ilmu berkenaan dengan pemanfaatan flora fauna setempat dikenal sebagai etnobiologi.  Termasuk adalah berbagai jamu yang dapat memperkuat tubuh melawan COVID.  Manfaat tumbuhan di Asia Tenggara telah dihimpun dalam 10 volume tebal buku oleh Proyek Plant Resources of South East Asia (PROSEA).  Sayangnya, karena tidak disosialisaikan maka kompilasi luar biasa itu tidak berkembang.  Padahal, dengan strategi komunikasi yang mumpuni, pengetahuan itu dapat dibawa ke ranah sains warga.

 

Untuk menggugah perhatian masyarakat mengenai taksonomi, sekaligus memberikan contoh contoh praktis, Yayasan KEHATI saat ini sedang menghimpun para peneliti nasional dan internasional untuk menulis buku panduan pelaksanaan taksonomi yang dapat berkontribusi bagi sains warga.  Kalau tidak ada aral melintang diharapkan buku panduan taksonomi untuk masyarakat luas ini dapat diterbitkan tahun 2022.

 

Program Kampung Iklim

Program pemerintah ini mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di lingkup sekitar desanya masing masing.

 

ProKlim yang merupakan program nasional, dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.  Tujuan ProKlim adalah meningkatkan keterlibatan para pihak termasuk masyarakat setempat untuk meningkatkan daya adaptasi terhadap perubahan iklim serta menurunkan emisi gas rumah kaca. Kemudian memberikan pengakuan dan apresiasi terhadap upaya adaptasi dan mitigasi yang telah dilaksanakan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pelaksanaan ProKlim diatur oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 84 2016 tentang Program Kampung Iklim.

 

Begitu banyak kegiatan dapat dilakukan untuk membangun ketahanan iklim, termasuk diantaranya,  biogas, mikrohidro, pertanian berkelanjutan, tanaman pekarangan, bahkan hasil hutan bukan kayu.

 

Apakah diantara sekian banyak pilihan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim itu tidak ada yang merupakan peluang usaha yang besar?  Semua kegiatan itu merupakan peluang wirausaha.  Sebagai contoh, kita dapat membantu upaya masyarakat untuk mengembangan penangkaran lebah madu dan bahkan membantu pemasaran produk madu tersebut.

 

Biogas saja sudah sangat berpotensi.  Salah satu contoh insipiratif berasal dari Kupang.  Semenjak 2009 lalu sekelompok sarjana peternakan yang menamakan dirinya Geng Motor Imut (GMI)  berinisatif mengembangkan pemanfaatan kotoran ternak (babi) yang kalau didiamkan akan berbau dan mengganggu lingkungan.  Dengan teknologi sederhana, dibuatlah biodigester (alat yang mengubah limbah organik menjadi energi biogas). Produk kompor gas inisiatif GMI ternyata sangat membantu rumah tangga.  Biogas dibuat dengan harga terjangkau, sehingga banyak anggota masyarakat bersedia menggunakan biogas tersebut.   Kunci keberhasilan terletak kepercayaan masyarakat para pegiat yang berasal dari masyarakat setempat.  Teknologi lokal oleh aktor lokal untuk pasar lokal terbukti ampuh.

 

Kelebihan pendekatan Kampung Iklim ini terletak pada fasilitasi yang memadai.  Sebagai program unggulan pemerintah melalui Dinas Lingkungan kabupaten setempat telah disediakan berbagai informasi yang relevan. Informasi dapat diserap dan dikembangkan menjadi praktik kewirausahaan.

 

 

BAGIAN KEDUA

Pada bagian pertama dijelaskan berbagai kesempatan berkiprah di program kampung iklim mulai dari air, energi hingga pangan, bahkan ketika BW mewakili latar belakang pendidikan yang beragam.  Dalam bagian kedua ini akan diberikan contoh untuk Perhutanan Sosial.  Sekat ilmu pengetahuan tidak harus menjadi pemisah, bahkan dapat menjadi terowongan untuk lintas disiplin.  Inilah sekelumit gambaran bagaimana relawan dapat menjadi relevan bagi dirinya sendiri dan masyarakat luas.

 

Perhutanan Sosial (Perhutsos)  

Perhutsos asal muasalnya dimandatkan oleh kebijakan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 83 2016 tentang Perhutanan Sosial.

 

Namun dari target 12,7 juta ha hingga saat ini belum seperempat tercapai.  Dalam pelaksanaan, Perhutsos mengalami kendala serius: kekurangan pendamping.  Seringkali untuk satu wilayah KPH (mencakup satu kabupaten atau lebih), hanya ada satu pendamping untuk puluhan bahkan lebih dari 100 desa.

 

Peluang terbuka luas.  Sebagai contoh, relawan dapat mendukung satu atau lebih tahapan yang dibangun oleh misi Perhutsos: 1. Mengelola kawasan (berdasarkan tipe izin perhutanan sosial yang berlaku untuk daerah tersebut); 2. Mengelola usaha (misalnya kemiri sebagai hasil hutan bukan kayu); 3. Mengelola lembaga (misalnya mendukung usaha oleh Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes).

 

Satu contoh usaha produktif yang telah terbukti bermanfaat melalui dukungan Perhutsos adalah pemberian nilai tambah pada buah kemiri.  Tanpa alat pemecah maka buah kemiri (berikut kulit yang keras) hanya dihargai sekitar 5.000 – 7.000 rupiah.  Dengan alat pemecah (bantuan Perhutsos), maka kemiri yang sudah dilepaskan kulitnya dapat mencapai harga 5 – 7 kali lipat.

 

Dalam praktiknya, relawan dapat membantu para penerima izin, seperti kelompok tani Perhutsos untuk membangun upaya produktif.  Bila upaya telah berjalan, maka relawan juga dapat membantu pengembangan usaha melalui BUMDes.

 

Di dalam mekanisme perhutsos (seperti halnya ProKlim) begitu banyak kesempatan untuk menimba kemudian berbagi pengetahuan.  Dalam mendukung Perhutsos, relawan dapat melakukan begitu banyak kegiatan menunjang kehutanan berkelanjutan dan multi usaha kehutanan.  Contohnya adalah berbagai kegiatan yang didukung beragam disiplin ilmu, sebagai berikut:

  • Inventarisasi flora dan fauna serta ekosistemnya (Biologi)
  • Pengembangan interpretasi bagi ekowisata (Biologi);
  • Pemetaan potensi dan tata batas, termasuk hak ulayat (Geografi);
  • Pendokumentasian sejarah dan kearifan lokal (Antropologi);
  • Pendokumentasian dan advokasi hak ulayat (Hukum)
  • Kesehatan masyarakat dan pencegahan zoonosis (Kesehatan Masyarakat);
  • Perancangan lanskap desa wisata (Lanskap)
  • Perancangan infrastruktur pengamatan hidupan liar (Arsitektur);
  • Pemasaran ekowisata dan hasil hutan bukan kayu (Ekonomi).

Untuk legitimasi dapat dimohonkan SK Bupati bagi Kelompok Sarjana Penggerak Desa di Kabupaten setempat.  Namun, karena dengan SK demikian akan diberikan honor maka mungkin menimbulkan ketergantungan.  Semangat kewirausahaan mungkin akan lebih berkembang bila relawan mendapat legitimasi berupa SK dari Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) sebagai Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat.

 

Menangkap kesempatan

Kerelawanan dapat dimulai sedini mungkin, misalnya dengan menjadi pendamping di Program Kampung Iklim maupun Perhutanan Sosial.  Relawan akan memperoleh ilmu pengetahuan, kemudian melakukan sintesa terhadap ilmu pengetahuan dan kemudian menerapkannya.  Tentu semua sangat bermanfaat bagi yang didampingi, maupun yang mendampingi.

 

Terdapat pepatah Roma tidak dibangun dalam sehari.  Pada awalnya relawan mungkin tidak mendapat honor.  Namun nilai kemampuan kewirausahaan, belum lagi manfaat langsung bagi masyarakat tidak dapat dinilai dengan uang.  Inilah merupakan investasi kapasitas ril buat masa depan

 

Jalan pintas tidak diperlukan.  Saya teringat akan masa lampau, dimana saya tidak pernah ragu menjadi relawan maupun peneliti independen.  Blusukan keluar masuk hutan dan dusun untuk mencari ilmu pengetahuan, pengalaman dan tak lupa bersilaturahim/berjejaring.

 

Beberapa puluh tahun kemudian pengetahuan itu menjadi lintas disiplin, dan sangat bermanfaat, termasuk untuk perencanaan dan aksi tanggap perubahan iklim.  Bahkan suatu saat saya yang berlatar belakang biologi dipercaya oleh badan kerja sama internasional menangani isu legal dan desentralisasi terkait pembangunan kehutanan berkelanjutan.  Pengalaman di lapangan telah menggantikan pendidikan formil yang relatif terbatas.

 

Merdeka belajar bukan pepesan kosong.  Dan kemerdekaan kita peroleh dengan tak terhingganya pengorbanan pahlawan, baik dengan tanda jasa maupun pahlawan tidak dikenal.

Kita isi Kemerdekaan RI dengan memerdekakan kampus dan menjadi relawan berkelanjutan.