Menjaga Cipeuteuy, Desa yang terus Berinovasi di Kaki Gunung Halimun
Desa Cipeuteuy memiliki sejarah yang cukup panjang sejak dari jaman kolonial Belanda. Di desa ini puluhan tahun warga bersinergi dengan alam sekitarnya
-
Date:
06 Jun 2024 -
Author:
KEHATI
Menjaga Cipeuteuy, Desa yang terus Berinovasi di Kaki Gunung Halimun
Christopel Paino
Desa Cipeuteuy seperti sebuah benteng. Lokasinya di ujung utara Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Berada di kaki Gunung Halimun dan berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Bogor serta Kabupaten Lebak, Provinsi Banten; desa ini menjadi koridor yang menghubungkan antara Gunung Halimun dan Gunung Salak. Letak geografis inilah yang membuat Cipeuteuy menjadi penting sebagai salah satu desa penyangga di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS).
Di desa ini, puluhan tahun lamanya nafas ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian dan juga hasil kebun. Mereka memanfaatkan lahan di wilayah hutan sebelum adanya penetapan kawasan konservasi. Warga di Desa Cipeuteuy memanfaatkan lahan yang berada dalam kawasan hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani dan kawasan enklave eks HGU (Hak Guna Usaha) perkebunan. Hingga kini, warga masih mengakses lahan untuk pertanian yang berada di dalam kawasan penyangga maupun di luar kawasan konservasi.
“Namun pelan dan pasti, ancaman kerusakan lingkungan dihadapi oleh Desa Cipeuteuy disebabkan oleh praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, yakni menggunakan pestisida kimiawi yang terakumulasi dari tahun ke tahun,” kata Asep, salah seorang pengurus di perkumpulan Absolute Indonesia.
Kerusakan lingkungan tersebut mulai dirasakan oleh masyarakat di Desa Cipeuteuy hingga menyebabkan produktivitas pertanian sering kali menurun, padahal biaya yang dikeluarkan cukup tinggi. Belum lagi krisis iklim yang menyebabkan pola musim tanam berubah, menyebabkan kerugian secara ekonomi bagi masyarakat. Perkumpulan Absolute adalah lembaga non pemerintah yang ada di Sukabumi, dan menjadi fasilitator dalam mendampingi para petani di Desa Cipeuteuy. Para anggotanya merupakan warga asli di Desa Cipeuteuy yang terlibat langsung dalam proses pendampingan sejak lama.
Pendampingan terhadap para petani ini merupakan kerja sama kemitraan antara Perkumpulan Absolute yang didukung oleh Yayasan KEHATI. Program kegiatan ini juga melibatkan banyak para pihak, mulai dari level pemerintah desa, kecamatan, kabupaten, akademisi, hingga sektor swasta dan penggiat yang bergerak pada isu pertanian ramah lingkungan.
“Untuk petani, ada dua tipe kelompok di Cipeuteuy, yakni petani KTH dan Poktan. Melalui program yang bermitra dengan Yayasan KEHATI, kita ingin mengintegrasikan keduanya,” ujar Mohammad Kosar, Ketua Badan Pengurus Perkumpulan Absolute.
Integrasi tersebut memiliki keterkaitan dengan upaya penyelamatan lingkungan. Anggota KTH (Kelompok Tani Hutan) secara legal telah memiliki akses pengelolaan di dalam kawasan hutan melalui skema Perhutanan Sosial dengan model kemitraan konservasi. Perkumpulan Absolute mendorong agar para anggota KTH wajib mengelola keanekaragaman hayati di sana. Sementara Poktan (Kelompok Tani) yang beraktifitas di luar kawasan namun berbatasan dengan wilayah kerja KTH, harus mendukung upaya yang dilakukan oleh KTH melalui praktik pertanian berkelanjutan.
“Inilah salah satu pendekatan yang dilakukan yaitu menerapkan pertanian yang ramah lingkungan. Penerapan ini melalui adopsi praktik pertanian berkelanjutan dengan mengintegrasikan pengelolaan pertanian oleh petani yang menggarap lahan di dalam kawasan dan di luar kawasan hutan, dengan penerapan konsep pertanian yang berwawasan iklim,” ungkap Kosar.
Pendekatan lainnya adalah sistem agroekologi serta pembangunan usaha bersama untuk menjawab tantangan dalam menyeimbangkan faktor ekologi, sosial dan ekonomi. Para petani diajak berdiskusi dan membangun jejaring kerja sama antar petani, serta mendapatkan berbagai pelatihan-pelatihan, misalkan pelatihan pembuatan pestisida alami dan pupuk organik seperti pupuk bokashi yang dihasilkan dari fermentasi bahan-bahan organik seperti sekam, serbuk gergaji, jerami, dan kotoran hewan; guna meningkatkan pengetahuan petani di Desa Cipeuteuy.
Beberapa hasil jangka pendek yang sudah terlihat antara lain, tersedianya satu paket sarana pembuatan dan pengolahan agen hayati dan pupuk organik, satu demplot pertanian ramah lingkungan yang berisi berbagai jenis tanaman pangan, dan para petani melakukan praktik agroekologi di lahan seluas 16,02 hektar untuk rehabilitasi lahan kritis dan pengembangan pendapatan petani.
Membentuk BUMP (Badan Usaha Milik Petani)
Dalam jangka panjang, para petani di Desa Cipeuteuy diharapkan mendapat penguatan ketahanan pangan melalui praktik pertanian ramah lingkungan dan tangguh iklim yang sedang dijalani. Dengan lingkungan yang baik dan terjaga, maka akan memberikan produktivitas hasil pertanian yang baik bagi para petani. Sehingga secara ekonomi pula terjadi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
“Secara kelembagaan kami mendorong lahirnya Badan Usaha Milik Petani (BUMP) yang berbasis potensi desa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Kosar.
BUMP yang telah disepakati bersama tersebut memiliki badan hukum koperasi, dan merupakan gabungan dari KTH dan Poktan lintas Desa, sehingga bisa menaungi lebih banyak anggota dan masyarakat secara umum. BUMP cenderung baru dan merupakan inovasi yang didorong oleh Perkumpulan Absolute. Biasanya kelembagaan ekonomi di desa adalah BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), namun karena kepemilikannya merupakan lintas desa sehingga masyarakat bersepakat membuat BUMP.
Saat ini komoditas utama para petani adalah hortikultura dan peternakan berupa kambing, domba, dan ayam. Jumlah panen hortikultura mencapai 20 ton per hari dari 1700-an petani di 9 Poktan. Selain itu potensi yang dikelola oleh KTH adalah Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), yaitu pemanfaatan getah damar seluas 15-an hektar di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang sedang diurus perizinan untuk izin tradisional dan juga izin pemanfaatan wisata. Bahkan salah satu jasa wisata di kampung Sukagalih Desa Cipeuteuy sudah sering menerima kunjungan, bahkan dari 25 negara, dan terdapat homestay.
“Fungsi BUMP akan menjadi payung bagi usaha KTH dan Poktan, termasuk soal layanan konsultasi terkait hama atau masalah pertanian yang dihadapi. Juga mengenai layanan produksi; bagaimana menyiapkan sarana produksi yang dibutuhkan tapi ramah lingkungan. Ini merupakan upaya membangun inisiatif usaha yang bisa mendukung penyelamatan lingkungan di desa,” ujar Kosar.
Dalam perencanaannya, BUMP diharapkan bisa mengoptimalkan potensi-potensi masyarakat, antara lain pengelolaan pupuk dari kotoran kambing dan sampah kebun serta rumah tangga; pengelolaan peralatan pertanian dengan teknologi terkini, serta keilmuan praktis seperti trichoderma (organisme pengurai) dan lainnya; pengelolaan hasil hutan bukan kayu; pengelolaan jasa lingkungan ekowisata; penjualan hasil panen dengan harga yang adil; serta pelatihan-pelatihan yang menunjang lainnya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut mendapatkan antusias yang sangat tinggi dari masyarakat. Hal itu ditunjukkan, misalnya, saat akan menggelar pelatihan dengan target peserta adalah 20 orang, namun yang datang bisa mencapai 100-an orang. Antusias itu terjadi karena situasi dan kondisi yang dirasakan selama ini oleh petani. Sehingga mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencari alternatif terhadap permasalahan yang mereka hadapi.
“Terpaksa kegiatannya harus dibagi dalam dua sesi. Bahkan tadinya hanya dibuat satu hari, maka pelatihannya bisa menjadi dua hari. Dalam proses diskusi ini banyak juga berhasil menggali kearifan lokal yang dulu sempat dipraktikan. Hasil dari berbagai pelatihan ini dipraktikkan tidak hanya cukup dengan demplot saja, namun banyak yang melakukan praktik secara mandiri,” ungkap Asep.
Semua inisiatif tersebut juga sedang diintegrasikan ke dalam rencana penyusunan RPJMDes (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa), di mana proses penyusunannya melibatkan Perkumpulan Absolute bersama dengan kelompok masyarakat serta petani setempat. Harapannya, dengan adanya praktik pengelolaannya secara lestari tersebut yang didukung oleh banyak pihak, bisa memperkuat pencapaian ketahanan pangan dan juga kemandirian pangan yang mampu meningkatkan kesejahteraan para petani di Desa Cipeuteuy.***