Pelatihan Budidaya Jamur BW KEHATI Upaya untuk Melestarikan Sumber Daya Alam Nusantara
-
Date:
28 Jul 2023 -
Author:
KEHATI
Yayasan KEHATI melalui Biodiversity Warriors mengadakan training budidaya jamur yang diselenggarakan secara online pada tanggal 28 Juli 2023. Pelatihan ini dibuka untuk umum setelah sebelumnya hanya diperuntukkan khusus anggota.
BW KEHATI adalah wadah aksi generasi muda yang dibentuk oleh yayasan KEHATI, bertujuan memopulerkan keunikan, kelestarian, dan pemanfaatan keanekaragaman hayati di Indonesia secara adil dan berkelanjutan. Strategi ini diharapkan dapat memunculkan para patriot muda yang akan berkecimpung melakukan aksi nyata dalam melestarikan sumber daya alam nusantara. Manajer Education and Outreach yayasan KEHATI, Syarifullah menganggap bahwa ilmu pengetahuan praktisional tidak kalah penting sebagai sarana membentuk kecerdasan sosial yang seiring dengan pendidikan akademik. Oleh karena itu BW KEHATI secara rutin mengadakan pelatihan setiap bulan dengan materi yang berbeda.
Dari sisi pemanfaatan, budidaya jamur dirasa cukup fluktuatif meskipun berpotensi sebagai penambah cuan bagi pelaku bisnis rumahan. Dalam pelatihan budidaya jamur tersebut, dosen Prodi Biologi Universitas Nasional, Dra. Noverita Msi menjelaskan, jamur memiliki daya tarik untuk dibudidayakan karena tidak membutuhkan lahan yang luas dan terbukti mengurangi pencemaran. Budidaya jamur bisa memanfaatkan ruang kecil sebagai kumbung jamur atau rumah jamur yang dijaga suhu serta kelembabannya. Bahan dasar pembuatan jamur atau substrat memanfaatkan limbah dari serbuk gergajian, limbah kelapa sawit, dan juga limbah lainnya. Dengan memanfaatkan limbah berarti praktek budidaya ini sangat mendukung upaya kebersihan lingkungan sehingga masyarakat bisa hidup lebih sehat.
“ Produk jamur dapat dimanfaatkan untuk menambah gizi atau menu serta menambah pendapatan keluarga. Karena jamur itu bisa dibuat menjadi berbagai produk pangan dan berbagai penyedap rasa yang aman. Di samping itu, dari hasil budidaya kita bisa membuat produk papan atau sandang seperti tas dan sepatu yang sekarang sudah mulai dikembangkan oleh anak-anak muda. Kemudian limbah sisa pengolahan jamur bisa dijadikan pupuk yang digunakan untuk pakan ternak atau kita budidaya jamur di atas kolam, jadi sambil memetik jamurnya, ikan di bawah bisa makan limbah pembuangan jamur, ” lanjut Noverita.
Budidaya adalah kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya nabati dan hewani oleh manusia dengan memanfaatkan modal, teknologi, atau sumber daya lainnya yang menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pelatihan budidaya jamur dari BW KEHATI bertujuan mendorong potensi jamur sebagai nilai tambah secara ekonomi dengan menjadikan jamur sebagai komoditas yang akan terus dikembangkan. Sebagai salah satu keragaman flora dan fauna di Indonesia, jamur merupakan sumber makanan yang bergizi dan sudah umum dikonsumsi oleh beberapa masyarakat. Jamur yang berukuran besar atau jamur bertudung dimanfaatkan oleh hewan dan manusia. Oleh sebab itu dari pelatihan ini para peserta akan mempelajari lebih dalam tentang budidaya cuan jamur di rumah.
Perawatan jamur cukup mudah hanya dilakukan dengan menyemprotkan air agar terjaga kelembaban suhunya dan mencegah dari hama dan penyakit. Penyemprotan dilakukan pagi dan sore, kecuali bagi pembudidaya yang tinggal di Jakarta, wajib menyemprot jamur pagi, siang, dan sore hari, terutama pada musim panas. Siklus produksi jamur berkisar antara 1 sampai 4 bulan, dengan hasil produksi cukup banyak. Proses produksi diawali dari fase vegetatif hingga terbentuknya generatif memakan waktu kurang lebih 1 sampai 3 bulan. Untuk produksi bisa sampai 4 bulan sampai bag log nya mulai menyusut dan tidak produktif lagi.
Usaha budidaya jamur bukan usaha musiman karena ruangan tempat tumbuh jamur bisa dikondisikan dalam keadaan stabil kelembabannya. Nilai gizi jamur tidak kalah dari bahan pangan lainnya. Kandungan gizi dalam jamur mampu bersaing dengan kandungan gizi daging ayam atau daging sapi. Bahkan protein dalam jamur lebih aman karena tidak mengandung kolesterol tinggi. Jamur sangat aman bagi pelaku diet atau penderita obesitas.
Selain dijual dalam keadaan segar, banyak sekali produk olahan dari jamur. Jamur bahkan bisa dijadikan sebagai bahan obat-obatan. Meskipun demikian, jamur berwarna masih kurang populer di Indonesia karena masyarakat masih merasa takut. Masyarakat lebih memilih budidaya jamur tiram putih, jamur kancing, jamur kuping, dan jamur merang. Penambahan variasi budidaya jamur sebenarnya masih memiliki potensi yang besar karena bibit jamur atau isolat di Indonesia banyak sekali.
Berbeda dengan di Indonesia, jamur berwarna seperti jamur Linchi dan jamur Cordyceps banyak diproduksi Malaysia dan Cina sebagai bahan obat-obatan. Di luar negeri, jenis jamur tudung pengantin yang dikonsumsi bagian tangkainya dikenal sebagai jamur yang sangat mahal.
Hal-hal yang perlu dicermati dalam budidaya jamur adalah faktor higienis dan teknik aplikasi bibit unggul. Sebagai tahapan awal adalah isolasi jamur ke dalam media bibit. Karena jamur merupakan mikro organisme yang mudah terkontaminasi sehingga sterilisasi pada fase produksi bibit harus sangat diperhatikan. Produksi bibit dimulai dari kultur murni, bibit induk, dan bibit sebar. Proses ini membutuhkan laboratorium yang steril dan harus memahami cara membuat bibit. Apabila masih dalam tahap mencoba, sebaiknya langsung menggunakan bibit sebar dalam baglog. Banyak pengusaha jamur yang menjual bibit sebar sehingga para pemula hanya perlu melakukan pemeliharaan.
Peralatan untuk budidaya jamur hampir semua tidak mahal, kecuali kubung jamur. Sedangkan media tanam jamur harus memiliki tiga unsur utama, antara lain bahan substrat yang mengandung karbohidrat berupa selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Ketiga jenis karbohidrat tersebut terdapat dalam serbuk kayu Sengon, serbuk kelapa, daun pisang kering, tandan kosong kelapa sawit, campuran ampas kopi dan tahu, bekatul, jerami,dan sekam. Selain itu, protein, mineral, lemak, dan vitamin juga sangat dibutuhkan oleh media tanam jamur. Zat mineral yang dibutuhkan bisa berupa kapur dan gypsum, sedangkan untuk vitamin bisa diambil dari dedak atau bekatul. Semua sumber yang bisa dijadikan media tanam jamur didapatkan dari alam yang berupa limbah, kecuali kapur dan gypsum, di mana keduanya hanya dibutuhkan sedikit saja.
Setelah membuat media utama, sangat penting untuk menambahkan media pupuk seperti pupuk organik berupa kompos atau pupuk organik cair, pupuk anorganik, pupuk yang mengandung bakteri baik, dan pupuk yang sudah mengantongi izin IAF (International Accreditation Forum), Lembaga sertifikasi Organik Seloliman dan SNI (Standar Nasional Indonesia).
LVListyo (Tim Penulis KEHATI)