Sambut Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia, Biodiversity Warriors Gelar Capture Nature di Taman Dadap Merah
-
Date:
09 Jun 2018 -
Author:
KEHATI
Pembangunan di Provinsi DKI Jakarta mengakibatkan perubahan ekosistem Kota Jakarta, di antaranya semakin berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH). Berkurangnya RTH di perkotaan karena dikonversi menjadi perumahan dan gedung pencakar langit.
Terkait perubahan RTH tersebut, Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Jakarta tahun 1965-1985 menyatakan bahwa luas RTH kota adalah 37 persen dari total luas Jakarta. Kemudian, pada RUTR tahun 1985-2005 luas tersebut mengalami penurunan menjadi 25,82 persen. Terakhir pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2000-2010 RTH Jakarta tersisa seluas 13,94 persen.
Berkurangnya luasan RTH diperkirakan dapat memengaruhi keberadaan keanekaragaman hayati di perkotaan. Hal tersebut merupakan masalah perkotaan yang muncul sehingga memengaruhi keberadaan keanekaragaman hayati di alam dan menarik untuk diteliti. Selain itu, ancaman terbesar adalah perburuan dan perdagangan satwa liar di perkotaan.
Saat ini, Provinsi DKI Jakarta setidaknya hanya memiliki kurang lebih 9 persen ruang terbuka hijau dari total luas wilayahnya. Padahal Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang jelas menunjukkan bahwa sebuah kota harus memiliki RTH sebanyak 30 persen dari total luas wilayahnya. Luasan sebesar 30 persen dari total wilayah itu adalah syarat minimum untuk menjamin keseimbangan ekosistem sebuah kota. Termasuk di dalamnya keseimbangan sistem hidrologi yang berkaitan erat dengan banjir dan peningkatan ketersediaan udara bersih. Melihat kondisi tersebut, Jakarta sebenarnya jauh berada pada posisi ideal.
Meskipun menjadi salah satu kota yang memiliki polusi cukup tinggi, ibukota negara ini seharusnya masih menyimpan beragam spesies unik dan menarik di ruang-ruang terbuka hijaunya. Keanekaragaman hayati yang masih tersimpan di RTH Jakarta dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk datang ke RTH dan memanfaatkannya secara positif. Selain itu, hal tersebut juga dapat menjadi pengingat bagi pemerintah untuk dapat menambah luasan ruang terbuka hijau.
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam rangka menyambut Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia yang jatuh pada tanggal 22 Mei, Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI menggelar Capture Nature, Pameran dan Kompetisi Foto Hidupan Liar di Taman Dadap Merah, Kebagusan, Jakarta Selatan, Sabtu, (12/5). Tema Hari Keanekaragaman Hayati sedunia yang diusung pada tahun 2018 adalah “Celebrating 25 Years of Action for Biodiversity”.
Capture Nature merupakan aksi mendata, mengidentifikasi, dan mendokumentasikan keanekaragaman hayati yang meliputi jamur, tumbuhan dan satwa liar yang terdapat di suatu daerah.
Staf Edukasi & Outreach Yayasan KEHATI, Ahmad Baihaqi mengatakan aksi ini bertujuan untuk memonitoring keberadaan berbagai jenis jamur makro, tumbuhan dan satwa liar perkotaan di Taman Dadap Merah, Kebagusan, Jakarta Selatan. Tumbuhan yang diamati merupakan tumbuhan sumber pakan dan bermanfaat bagi satwa liar, sedangkan satwa liar yang diamati meliputi capung, kupu-kupu, herpetofauna (reptil dan amfibi), burung, dan mamalia.
“Selain itu, aksi ini juga bertujuan untuk meningkatkan awereness masyarakat terhadap keberadaan dan peran pentingnya keanekaragaman hayati perkotaan” tandas Abay, Panggilan akrab Ahmad Baihaqi yang juga merupakan mahasiswa Prodi Magister Biologi Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional, Jakarta.
Kegiatan ini disambut dengan sangat antusias berbagai kalangan dari masyarakat yang dihadiri puluhan orang relawan (volunteer) Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI yang berasal dari Biological Bird Club (BBC) Ardea Fakultas Biologi Universitas Nasional (FABIONA), Kelompok Pengamat Burung (KPB) Nycticorax UNJ Jakarta, Kelompok Studi Primata (KSP) Macaca UNJ Jakarta, Kelompok Studi Hidupan Liar (KSHL) Comata UI, Prodi Magister Biologi Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional, Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) DKI Jakarta, Sekolah Cikal, dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.
Para relawan memonitoring berbagai jenis jamur makro, tumbuhan, dan satwa liar dengan mengikuti jalur yang sudah ada dan seluruh bagian pada taman. Jika dijumpai keanekaragaman hayati tersebut, para relawan berhenti selama 15 menit untuk mengidentifikasi dan mencatat jenis serta jumlah individu.
Hasil monitoring keanekaragaman hayati di Taman Dadap Merah ini, nantinya akan diposting diwebsite www.biodiversitywarriors.org. Oleh Yayasan KEHATI, informasi tersebut akan disalurkan pada pembuat kebijakan, organisasi lingkungan, dan lembaga penelitian.
Abay berharap, pada setiap ruang terbuka hijau dipasang papan informasi keanekaragaman hayati yang terdapat di ruang terbuka hijau tersebut dan papan larangan perburuan satwa liar.