SMA St. Familia Ajarkan Tanam Sorgum Melalui Kurikulum Merdeka
-
Date:
23 Feb 2023 -
Author:
KEHATI
SMA St. Familia Wae Nakeng di Desa Poco Rutang, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, mulai mengajarkan pendidikan budidaya sorgum kepada siswanya. Melalui budidaya sorgum, siswa diajak untuk hidup selaras dengan alam, mencintai alam sebagai satu kesatuan ekosistem yang harus dipertahankan, dijaga dan dilestarikan.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk pelaksanaan ketahanan dan kemandirian pangan di daerah Wae Nakeng. Seperti daerah lainnya di NTT, Wae Nakeng memilik karakteristik lahan kering dan minim curah hujan sehingga sorgum tepat ditanam di daerah itu.
Kepala Sekolah SMA St. Familia Wae Nakeng, Romo Valerianus Paulinus Jempau (Romo Lerry) kepada Tim KEHATI mengatakan, sorgum dipilih untuk kembali diajarkan kepada siswa karena mampu menjadi solusi pola hidup sehat. Kandungan karbohidrat sorgum lebih rendah dibandingkan beras.
Selain itu sorgum juga mampu tumbuh sehat tanpa pupuk. “Ini solusi tepat untuk menjawab kecemasan banyak orang mengenai penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang mengganggu kesehatan,” kata Romo Lerry. Puji. SMA St. Familia Wae Nakeng melaksanakan program pendidikan budidaya sorgum melalui Kurikulum Merdeka. Sekolah itu didampingi oleh Rikard Pambur dari Aliansi Petani Lembor (APEL) yang pernah menjadi mitra KEHATI pada 2014-2017.
Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan KEHATI, Puji Sumedi Hanggarawati, menyambut baik inisiatif SMA St Familia dalam menerapkan pendidikan menanam sorgum di sekolah. Pengetahuan tentang budidaya sorgum harus mulai dikenalkan lagi sejak dini.
Menurut Puji, sorgum sudah kurang dikenal oleh generasi sekarang “Oleh karena itu sorgum Hal ini menjadi sangat mendesak untuk diperkenalkan kembali melalui kurikulum sekolah. Sambutan instansi terkait sangat positif sebab ini bukan hanya soal pendidikan namun juga pangan lokal, kesehatan, dan budaya,” ujar Puji.
Puji mengatakan, sorgum bisa lebih tahan hama dibandingkan tanaman penghasil karbohidrat lainnya seperi padi. Hal ini tentu bisa meminimalisir penggunaan pupuk kimia dan pestisida. Pemakaian bahan kimia pada pertanian tidak hanya berpengaruh buruk untuk kesehatan, namun juga menghancurkan keseimbangan unsur hara tanah, membunuh organisme yang secara secara alamiah menopang kesuburan tanah.
SMA St. Familia Wae Nakeng mulai menerapkan Kurikulum Merdeka sejak tahun ajaran 2022/2023. Penerapan itu telah disetujui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Surat Keputusan Tahap Pertama Nomor 025 tahun 2022.
Dengan mengacu pada prosedur dan petunjuk teknis pelaksanaan, Kurikulum Merdeka diterapkan pada kelas X atau Kelas 1 SMA. Kurikulum ini terintegrasi dalam tiga model kegiatan yaitu intrakurikuler atau pembelajaran, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), dan ekstrakurikuler.
Dijelaskan bahwa P5 dijalankan melalui tujuh tema. Pendidikan menanam sorgum merupakan perwujudan dari dua tema P5, yaitu kearifan lokal dan gaya hidup berkelanjutan.
Menurut Romo Lerry, Kurikulum Merdeka berfokus pada keberagaman konten pembelajaran intrakurikuler. Hal ini dilakukan dalam rangka memberi cukup waktu agar peserta siswa mampu menguatkan kompetensinya.
Kurikulum Merdeka, menurut Romo Lerry, intinya adalah siswa merdeka belajar agar bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing. Guru dalam pelaksanaan kurikulum ini juga bebas memilih dan menentukan sendiri perangkat pembelajaran untuk disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Romo Lerry berharap program penanaman dan pengelolaan sorgum melalui Kurikulum Merdeka ini terlaksana dengan baik, mendapat dukungan pemerintah, masyarakat, maupun pihak swasta. Melalui program tersebut diharapkan siswa-siswi menjadi pribadi-pribadi cerdas, sehat dan berkarakter.
(Armunanto/Tim KEHATI)