Spark Fashion Academy untuk Dunia Busana Berkelanjutan
Gaya hidup serba cepat, termasuk dalam mengkonsumsi fashion, menciptakan limbah baju atau kain yang membahayakan bumi. (Foto Ilustrasi : Ryman Studio/shutterstock)
-
Date:
06 Jul 2023 -
Author:
KEHATI
Dampak perubahan iklim yang sulit dibendung telah mendorong para pelaku bisnis dunia fashion untuk segera mengambil sikap terkait dengan keberlanjutan sumber daya alam. Atensi dunia fashion ini diharapkan menjadi model etika bisnis masa depan, dengan harapan menyediakan bumi hijau bagi generasi yang akan datang.
Bisnis industri pakaian cepat atau fast fashion menyuplai banyak opsi untuk memuaskan selera pasar. Namun sayangnya, bisnis ini tidak ramah lingkungan dengan stok limbah yang sebagian besar berakhir menjadi sampah yang sulit terurai.
“Kekhawatiran ini mendorong pemerintah, para pelaku industri, designer, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan juga media untuk bertindak lebih bertanggung jawab terhadap produksi material tekstil dan fashion,” penjelasan Founder & CEO Sparks Fashion Academy, Floery D. Mustika, dalam talk show live di instagram tanggal 27 Mei 2023 yang didukung oleh Rantai Tekstil Lestari (RTL)
Di sisi lain menurut Floery,perbaikan sistem sirkulasi di dunia tekstil dan fashion menuntut konsumen untuk memiliki peran yang krusial. Berangkat dari semangat inilah RTL didirikan pada tahun 2021 sebagai wadah para pebisnis hulu-hilir fashion yang peduli akan kondisi bumi yang lebih sehat agar mampu menyediakan sumber daya yang stabil.
Sebagai salah satu anggota Rantai Tekstil Lestari, Sparks Fashion Academy (SFA) yang didirikan pada tahun 2013 selalu menerapkan keberlanjutan dalam setiap kurikulumnya. Fundamental sustainable fashion merupakan salah satu konsep kecintaan pada lingkungan yang diwujudkan melalui fashion berkelanjutan.
Yayasan KEHATI menjadi salah satu pemrakarsa RTL. Delapan pemrakarsa lainnya adalah Busana Apparel Group, H&M Group, PT Asia Pasifik Fibers Tbk, PT Asia Pasific Rayon, PT Pan Brothers Tbk, PT Sri Rejeki Isman Tbk, PT South Pacific Viscose Lenzing, dan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH).
Tetapi menurut Floery makna yang lebih dalam dari sustainable itu sendiri juga menyangkut etika berbisnis yang memberikan dampak positif pada komunitas. Sikap tersebut diharapkan mengerucut pada goal utama yaitu menuju nilai-nilai bisnis yang lebih ekologis dan berkeadilan sosial. Misalnya, pelaku bisnis busana seharusnya concern pada penghematan air dan listrik serta memberikan perhatian pada kehidupan sosial, seperti meningkatkan kesejahteraan karyawan dan tidak mempekerjakan karyawan di bawah umur.
Perhatian terhadap sustainable fashion sudah diberikan oleh Sparks Fashion Academy sejak lama dan paling gencar mulai 5 tahun yang lalu. Atensi ini semakin kuat ketika covid melanda, hingga meluncurkan tema tahunan Fashion Altruisme. Altruisme merupakan suatu sikap yang memperhatikan kesejahteraan orang lain.
Tema Altruisme ini diangkat untuk menyodorkan tiga pesan yaitu budaya Fashion Hybrid yang menghasilkan produk unisex. Lalu circularism sebagai solusi dari sumber daya yang semakin sulit. Para pelaku bisnis busana harus melakukan sirkulasi dari sumber daya yang ada. Lebih lanjut tentang Redefine Source, siswa diajarkan tentang bagaimana mengolah sumber daya yang ada menjadi fashion item yang baru.
Semangat SFA dalam membentuk dunia fashion yang ramah lingkungan ini diwujudkan dalam event fashion show, lomba, serta pengembangan bisnis. Akademi fashion ini juga memberikan pelatihan pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sejak tahun 2018, salah satunya mengajarkan teknik draping (pembentukan pola tanpa memotong).
Sebagai lembaga pendidikan, SFA antusias dalam membentuk mindful sustainable fashion melalui siswa-siswanya. SFA membangun kesadaran di kalangan mahasiswa dengan memberikan wawasan untuk melakukan prinsip keberlanjutan mulai dari hal terkecil. Salah satu contohnya adalah pengguntingan pola yang wajib memanfaatkan kain semaksimal mungkin. Untuk mendorong aksi nyata, SFA membantu siswa-siswa mereka dalam mendapatkan resources kain yang ramah lingkungan dengan menjalin kerjasama dengan Jakarta Fashion Hub dan Eco Hub Keliki di Bali yang menerapkan teknik ecoprint.
Mengguncang Kreativitas
Materi akademis yang tidak kalah menarik adalah kepada para siswa diberikan pengetahuan tentang creative fabric atau fabric manipulation. Materi creative fabric ini mengajarkan tentang kreativitas dari kain perca untuk dijadikan detil aksesoris yang ditambahkan pada koleksi fashion. Dalam event fashion show yang diselenggarakan secara reguler, para akademisi wajib menampilkan kreasi fabric manipulation tersebut. Selain itu juga diadakan kompetisi hijab yang menghasilkan produk pasmina dari kain sisa.
Sparks Fashion Academy juga mengadakan event workshop atau seminar tentang upgrade dan upcycle dead stock (stok lama). Dalam seminar, SFA akan mengajak para brand owner fashion untuk antusias meng- upgrade atau upcycle stok lama, agar menghasilkan nilai tambah hingga bisa dijual kembali dengan harga yang baru.
Upgrade dead stock bertujuan untuk meningkatkan nilai produk dengan mengapklikasikan asesoris yang dibuat dari creatif fabric. Sedangkan untuk upcycle, sisa stok yang ada diolah menjadi bentuk yang baru. Contoh produk upcycle adalah atasan yang dibuat dari celana jeans yang tidak terpakai.
Pada bulan Juli juga akan diselenggarakan seminar yang menyasar para fashionpreneur untuk lebih memahami how textile effect to product design. Fashionpreneur harus memiliki keahlian untuk memilih kain yang mendukung desain produk mereka. Hal ini bertujuan untuk mendongkrak omset penjualan. Tidak lupa dalam seminar tersebut akan mengedukasi para brand owner atau fashionpreneur milenial untuk bisa lebih mindful menggunakan kain-kain yg ramah lingkungan.
Menyangkut konsumen,jika kesadaran sustainable fashion sudah terbentuk, tentu mereka harus diarahkan untuk membeli busana long lasting. Busana long lasting memiliki ciri style lebih klasik. Pada umumnya,busana yang into trend akan lebih cepat berganti model sehingga akan berkontribusi pada penambahan volume sampah. Konsumen juga bisa diarahkan untuk mengaplikasikan mix and match atau padu padan dalam style fashion mereka.
Di lain pihak, para brand owner bisa menghindari dead stock dengan cara lebih jeli menyasar target market untuk mengoptimalkan omset penjualan. Selain itu bisa juga dengan cara membuka peluang bisnis penyewaan busana atau preloved.
Produk busana berkelanjutan semakin menjadi tren di masa yang akan datang. Untuk mendukung reformasi bisnis busana sirkular, Floery mengajak para brand owner untuk mengikuti acara seminar yang akan diselenggarakan pada bulan Juni dan Juli. Dengan memiliki wawasan yang luas tentang tekstil dan garmen, diharapkan untuk bisa mewujudkan bisnis yang ekspansif.
Secara umum, kampanye sustainable fashion sudah banyak diangkat oleh para designer.Tetapi memang ada beberapa tantangan seperti faktor harga yg mahal. Namun mahalnya produk sustainable fashion ini sebenarnyamerupakan sebuah opportunity bagi para pebisnis busana karena membentuk pasar yang segmented. SFA berharap kelak ditemukan teknologi baru agar bisa mengurangi biaya produksi sehingga harga jualnya lebih murah.
LVListyo (Tim KEHATI)