Webinar “Upaya Konservasi Rangkong Gading di Kapuas Hulu” bersama TFCA Kalimantan, Rangkong Indonesia, dan TNBKDS
-
Date:
26 Jun 2020 -
Author:
KEHATI
Rangkong Gading, maskot resmi Kalimantan Barat kini makin sulit dijumpai. Balungnya yang memiliki nilai jual menjadikan burung ini objek buruan. Hal itu membuat IUCN (The International Union for Conservation of Nature) menaikkan statusnya dari terancam punah menjadi kritis, satu tahap lagi menuju kepunahan.
Pemerintah Indonesia pun menjadikan Rangkong Gading sebagai satwa dilindungi dan menyusun Strategi dan Rencana Aksi Nasional Rangkong Gading 2018-2028. Sebagai salah satu bentuk upaya pelestarian rangkong gading, Yayasan KEHATI melalui TFCA Kalimantan bersama dengan Yayasan Rekam Jejak Alam Nusantara/Rangkong Indonesia melakukan survey populasi dan okupansi rangkong.
Survey yang dilakukan pada 2017-2019 lalu berada di 13 grid, mencakup 56 ribu ha dengan lebih dari 600 titik pengamatan. Sebanyak 80 warga, 8 staff BTNBKDS, dan 9 volunteer dari perguruan tinggi turut terlibat. Dari luasnya cakupan dan banyaknya keterlibatan dari berbagai pihak, survey ini merupakan survey rangkong gading terbesar yang pernah ada di Kalimantan.
Hasil yang didapat menunjukkan, Rangkong Gading yang teramati sebanyak 10% dari total perjumpaan seluruh enggang dan 86% perjumpaan hanya melalui suara. Kepadatan Rangkong Gading tercatat sebesar 0,24 kelompok/ha, jauh di bawah jenis enggang cula dan julang emas.
Sebagai upaya mensosialisasikan informasi dan meningkatkan penyadartahuan terhadap konservasi Rangkong Gading, pada Rabu (24/06/2020) lalu, TFCA-Kalimantan mengadakan diskusi daring “Upaya Konservasi Rangkong Gading di Kapuas Hulu”.Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai materi yang telah dipaparkan dalam diskusi tersebut, dapat mengunduhnya di bawah ini:
- Pemaparan Yokyok Hadiprakarsa, Pendiri Rangkong Indonesia
- Pemaparan Ir. Arief Mahmud, M.Si, Kepala Balai Besar TNBKDS
- Pemaparan Prof. Dr. Ani Mardiastuti, M.Sc, Guru besar konservasi IPB