758 views Berdaulat Pangan Melalui Keragaman Pangan Lokal - KEHATI KEHATI

Berdaulat Pangan Melalui Keragaman Pangan Lokal



  • Date:
    13 Jan 2023
  • Author:
    KEHATI

Kerawanan pangan terkait pandemi Covid-19 masih melanda dunia, termasuk pula yang disebabkan oleh perubahan iklim, ketegangan internasional, dan kenaikan harga. Kondisi suram tersebut tampak dari slogan Leave No One Behind yang menjadi tema Hari Pangan Sedunia 2022. Untuk menciptakan ketahanan pangan dalam konteks permasalahan global saat ini, menurut Kemenko Bidang Perekonomian, salah satu strateginya adalah dengan  diversifikasi produk pangan lokal.

 

Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan KEHATI  Renata Puji Sumedi Hanggarawati menjelaskan bahwa keberagaman merupakan jawaban sumber kebutuhan pangan lokal ke depan. “Upaya untuk kembali ke sumber pangan lokal harus ditingkatkan. Keragaman sumber pangan nusantara merupakan jawaban terhadap permasalahan kelaparan, gizi buruk, termasuk perubahan iklim,” ujarnya.

 

Setelah Brazil, keragaman sumber pangan Indonesia adalah yang tertinggi di dunia. Data Badan Pangan Nasional tahun 2022 menunjukkan Indonesia menempati urutan ketiga dalam keanekaragaman hayati, dengan kekayaan 77 tanaman pangan sebagai sumber karbohidrat, 75 jenis sumber protein, 26 jenis biji-bijian, 389 jenis buah-buahan, 228 sayuran dan 110 bumbu dan rempah-rempah, serta 40 macam bahan minuman. 

 

Fakta tersebut, sayangnya, tidak serta merta membuat Indonesia memenuhi syarat ketahanan pangan. Indonesia berada di peringkat 63 dari 113 negara di dunia, menurut Indeks Ketahanan Global 2022 dari majalah The Economist yang dibuat berdasarkan empat indikator yaitu keterjangkauan, ketersediaan, kualitas dan keamanan makanan, serta keberlanjutan dan adaptasi. Dengan peringkat seperti ini Indonesia tertinggal jauh dari Singapura dan regional Asia Tenggara lainnya.

Keterjangkauan harga pangan Indonesia masih cukup baik dengan skor 81,5 poin, namun sejumlah indikator lain masih lemah. Skor Indonesia untuk aspek ketersediaan pasokan adalah 50,9 poin, sedangkan aspek kualitas dan keamanan pangan 56,2 poin, disusul aspek keberlanjutan dan adaptasi pangan sebesar 46,3 poin.

 

Beras di Indonesia menjadi sumber pangan dengan rata-rata konsumsi rumah tangga sebesar 94,9 kg per kapita per tahun pada 2019. Sekitar 2,5 juta ton beras per bulan dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi 270 juta jiwa penduduk Indonesia menurut data Badan Ketahanan Pangan 2020.

 

Pelaksanaan program pencetakan sawah belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang dari waktu ke waktu. Populasi tumbuh secara deret ukur, sedangkan produksi pangan tumbuh secara deret hitung, mengacu pada teori Malthus dalam Essay on Population. 

 

Oleh karena itu Indonesia memerlukan perubahan sistem pangan nasional, dimulai dari sisi permintaan. Dibutuhkan cara baru untuk menggonsumsi makanan pokok, tidak hanya beras tetapi juga banyak makanan lokal lainnya.

 

Sumber Pangan Lokal Berkarbohidrat

 

Indonesia punya banyak ragam biji-bijian sumber karbohidrat seperti jewawut, sorgum, hingga jelai. Hampir setiap daerah memiliki umbi-umbian, misalnya ubi jalar dan talas. Papua tahun 2018 lalu dilanda bencana gizi buruk, padahal memiliki kekayaan umbi luar biasa. Sebanyak 224 kultivar ubi jalar ditemukan di Lembah Baliem dan Wissel, sedangkan di Anggi tercatat 60 kultivar (Schneider et al., 1993 dalam Suhendra dkk, 2014). Papua juga memiliki kekayaan talas. Hasil seleksi LIPI menemukan 20 kultivar talas potensial. 

Talas memegang peranan penting sebagai umbi asli Indonesia yang telah terbukti  daya adaptasinya. Bahkan domestikasi talas pertama di dunia mungkin dilakukan oleh nenek moyang orang Papua, terbukti dengan jejak deforestasi di Baliem 7.000-6.000 tahun yang lalu. Bagian bawah lembah utama di dataran tinggi Baliem telah dibuka dan ditanami talas dan pisang (Suhendra et al, 2014).

 

Indonesia juga menjadi pusat asal dan keragaman tanaman pisang. Dunia memiliki 66 jenis pisang (Musa), 12 jenis di antaranya ada di Indonesia (Nasution & Yamada 2001 dalam Suhendra dkk, 2014). Sedtidaknya ada 15 varietas liar Musa acuminata tersebar dari Aceh hingga Papua (Nasution 1991 dalam Suhendra dkk, 2014). Sumber karbohidrat lain dari buah yang keberadaannya berlimpah adalah sukun (Artocarpus altilis).

 

Sedangkan sumber karbohidrat yang berupa batang tanaman adalah sagu. Pada masa lalu sagu tersebar dari Papua hingga Aceh dan menjadi sumber pangan penting jauh sebelum era beras. Pemakaian kata sega dalam bahasa Jawa untuk menyebut nasi (sumber karbohdirat), menjadi penanda pentingnya tanaman ini sebagai sumber pangan sebelum padi. Untuk menyebut nasi dari beras, orang Jawa akan mengatakan sega beras, nasi dari jagung akan disebut sega jagung, serta nasi dari singkong yang dikeringkan (sega tiwul).

 

“Menilik sejarah dan menjalankan amanat undang-undang no 18 tahun 2012  tentang Pangan, pemerintah perlu  menerapkan regionalisasi sistem pangan dan sumber keragaman sumber pangan lokal – yang secara alami telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan setempat dan secara budaya menjadi sumber pangan masyarakat dan kedaulatan sumber pangan daerahnya,” tutup Puji.