Menangis dan Tersenyum dengan Kartun
Para peserta trekking Bukit Lawang berada di depan pintu masuk Taman Nasional Gunung Leuser di Bohorok Sumatera Utara, Sumber : KEHATI
-
Date:
30 Agu 2023 -
Author:
KEHATI
Kartun merupakan media yang efektif untuk menyuarakan isu-isu sensitif dan ironis ke hadapan publik. Dengan kartun, kita diajak untuk tersenyum, meski getir, ketika dihadapkan pada persoalan-persoalan yang rumit dan sulit untuk ditangani.
Salah satu isu krusial yang kerap menjadi sorotan adalah hilang atau berkurangnya populasi spesies kunci, salah satunya adalah orangutan. Aktivitas manusia yang berlebihan dan tidak berkelanjutan menyebabkan habitat orangutan semakin terdesak. Faktor deforestasi, perburuan liar, dan konversi lahan pertanian menjadi ancaman kepunahan orangutan.
Melalui Kompetisi Kartun “Protect Our Home” Yayasan KEHATI bersama The Body Shop Indonesia mengajak seniman muda menyuarakan kepedulian terhadap kelestarian orangutan di Pulau Sumatera. Para pemenang kompetisi kartun ini, bergabung dengan pemenang kompetisi reels, kemudian mengikuti trip ekspedisi ke Bukit Lawang Sumatera Utara, tempat habitat orangutan Sumatera.
Indonesia memiliki tiga spesies orangutan, yakni orangutan Sumatera (Pongo abelii), orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Ketiga orangutan ini berstatus Kritis (Critically Endangered/CR) berdasarkan daftar merah IUCN. Hal ini diakibatkan karena hutan yang menjadi habitat primata satu ini semakin hilang, padahal orangutan memiliki peran penting untuk menjaga regenerasi hutan, yakni sebagai penebar biji.
Kompetisi ini merupakan rangkaian kegiatan kampanye Peduli Orangutan Tapanuli yang berlangsung sejak Mei lalu. Kampanye yang dikemas dengan lomba animasi ini diikuti 125 peserta berusia 17-35 tahun. Para peserta ini berasal dari seluruh Indonesia.
Salah satu karya peserta yang memenangkan kategori Tiga Karya Terbaik kompetisi kartun Protect Our Home
Digital Communication Manager KEHATI, Lusiana Indriasari, mengungkapkan, ide membawa seni kartun dalam ranah konservasi ini muncul karena selama ini isu tentang orangutan ataupun spesies terancam punah lainnya sangat sensitif diungkap secara terang-terangan di negeri ini. “Dengan kartun, kita bisa mengungkapkan persoalan orangutan dengan sentuhan humor,” ujar Lusi.
Lusi juga melihat bahwa selama ini dunia seni tidak banyak terhubung dengan dunia konservasi. Padahal para seniman ini memiliki kepekaan dalam memandang sebuah persoalan, termasuk persoalan kerusakan lingkungan. Alam menjadi salah satu atmosfer bagi seniman untuk menciptakan sebuah karya. Hal inilah yang ingin dikenalkan kepada para kartunis muda, yaitu mengajak mereka untuk mengalami langsung.
Kompetisi kartun diadakan pada tanggal 1 Mei-15 Juni 2023, dengan tujuan agar para kartunis muda menyumbangkan suara mereka melalui kreasi dalam menghadapi ancaman ekologi, terutama orangutan. Selain itu, karya mereka akan menjadi sebuah metode penyadartahuan kepada masyarakat dan disampaikan dengan cara visual yang ringan.
Para peserta lomba mengirimkan maksimum dua buah karya dengan teknik penyajian bebas baik secara manual, digital, maupun hybrid dengan format landscape atau portrait. Hadiah bagi para pemenang berupa e-sertifikat dan mengikuti ekspedisi trip ke habitat orangutan di Bukit Lawang. Bukit Lawang dipilih karena probabilitas bertemu orangutan di habitatnya cukup tinggi.
Pengalaman berbeda
Ekspedisi ini berlangsung 18-22 Agustus 2023 dan tidak hanya diikuti lima pemenang kompetisi kartun dan reels, namun juga melibatkan influencer Ade Putri dan Laode. Laode mengaku tidak menduga bisa melihat langsung orangutan di habitatnya. Hal itu juga disampaikan Sherlly, salah satu pemenang kompetisi kartun. Sherlly mengatakan, selama ini ia membuat karya hanya berdasarkan literatur yang ia baca, namun kali ini dia punya pengalaman berbeda.
Para peserta ini diterbangkan dari Jakarta dan menginap di kota Balige, persis di pinggir danau Toba. Setelah mengeksplorasi kota Balige yang kaya dengan kuliner berbumbu khas rempah Andaliman, para peserta kemudian mengikuti Festival Orangutan di Kota Tarutung dalam rangka memperingati Hari Orangutan Sedunia yang jatuh setiap tanggal 19 Agustus.
Festival Orangutan di kota Tarutung Sumatera Utara dalam rangka Hari Orangutan Sedunia 19 Agustus. (Foto : KEHATI)
Selama tiga hari di Bukit Lawang, peserta diberi bermacam kegiatan seperti pembekalan edukasi tentang orangutan oleh Manajer Program Kehutanan Yayasan KEHATI, Rio Rovihandono. Rio mengungkapkan fakta-fakta yang mengejutkan tentang orangutan seperti kemampuan orangutan meniru perilaku manusia. “Oleh karena itu dalam perjumpaan dengan orangutan di habitatnya, kita diharuskan menjauh agar tidak ada interaksi langsung antara orangutan dengan manusia,” kata Rio.
Trekking ke Bukit Lawang dimulai dari pukul 09.00 pagi dan berakhir pada sore hari sekitar pukul 16.00. Peserta terlihat antusias mengikuti trekking meski sepanjang perjalanan mereka harus menghadapi resiko kena pacet, si mahluk penghisap darah. “Baru di pos pertama saja kami sudah melihat kemunculan orangutan. Ingat cerita-cerita dari Mas Rio, saya kok merasa kasihan melihat mereka,” kata Adhi Sujanto, konten kreator video reels yang kerap mengunggah konten tripventure.
Konten kreator dan influencer bergabung mengikuti trekking di Bukit Lawang Sumatera Utara (Foto : KEHATI)
Untuk lomba kartun, menurut Ketua Dewan Juri, Thom Dean, lomba kartun mematok kriteria antara lain pertama yaitu orisinalitas karya dengan mencantumkan statement yang jelas. Kriteria kedua berupa skill, di mana karya tersebut digarap dengan matang sehingga mampu menghadirkan estetika yang bagus. Sedangkan kriteria ketiga, penyampaian pesan tentang lingkungan melalui design kartun harus memiliki unsur humor, sebagai ciri khas dunia kartun itu sendiri.
Terkait dengan kartun, di era teknologi informasi, lanjut Thom, telah berkembang pesat ide dan skill yang bisa diakses lewat media internet, ditunjang oleh kemampuan gambar memakai komputer atau digital printing untuk menghasilkan karya yang mumpuni. Kartun bahkan sudah masuk dalam dunia pendidikan karena memiliki potensi sebagai penyampaian pesan yang sangat efektif.
Dari karya-karya lomba yang masuk, Thom melihat bahwa para peserta sangat antusias untuk membuat karya tentang Orang Utan dan belajar tentang Orangutan. Lomba ini sebagai ajakan kepada para kartunis untuk ikut serta berpartisipasi dalam kepedulian Orangutan melalui karya yang diharapkan mampu menggugah kepedulian masyarakat.
“Jadi tugas mereka memang berhenti di karya dalam kapasitas sebagai seniman kartun. KEHATI mengadakan lomba kartun dengan iming-iming hadiah jalan-jalan merupakan sebuah ide yang baik, karena mereka akan dekat dan mengenal betul Orangutan, fungsi dan ancaman yang mereka hadapi.
Kartun memiliki fungsi sebagai media pesan yang membuat orang-orang tertarik dengan Orangutan. Dengan begitu siapapun penikmat kartun, mereka akan menggali lebih jauh minatnya terhadap Orangutan. Siapa tahu nanti akan lahir para konservator lingkungan dari para peminat kartun ini. Orang-orang yang berkarya kartun untuk Orangutan patut diberikan apresiasi dan dukungan,” Thom mengakhiri penjelasannya.
(LV Listyo-Tim KEHATI)