103 views Strategi Penyadartahuan Mangrove Melalui Content Creator - KEHATI KEHATI

Strategi Penyadartahuan Mangrove Melalui Content Creator



Hutan mangrove Dusun Pandansari, Desa Kaliwlingi Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes

  • Date:
    22 Okt 2023
  • Author:
    KEHATI

Yayasan KEHATI menggaet para influencer untuk turut serta melakukan penyadartahuan tentang fungsi hutan mangrove baik secara ekologi maupun ekonomi kepada masyarakat khususnya para pelaku sosial media. 

 

Bersama para influencer yayasan KEHATI mengunjungi hutan mangrove Dusun Pandansari yang terletak di pesisir utara Brebes, tepatnya di Desa Kaliwlingi Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes. Ekosistem mangrove di Desa Kaliwlingi menjadi contoh keberhasilan mitigasi wilayah pesisir Brebes oleh warga yang didukung oleh Yayasan KEHATI. Suksesnya pelestarian mangrove yang telah memberikan manfaat bagi masyarakat layak disebarluaskan kepada audiens melalui kanal sosial media.

 

Habitat mangrove ada di wilayah pesisir dan tumbuh di genangan air laut dengan kandungan garam yang tinggi serta kondisi tanah yang labil. Hutan mangrove juga dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove terdiri dari hewan dan tumbuhan yang berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan rumah bagi flora dan fauna seperti kerang, udang, ikan, burung, ikan, kepiting, dan lain-lain. Sangat jelas bahwa ekosistem mangrove memberikan manfaat ekonomi dan sumber protein bagi warga sekitar.

 

Widya wisata mangrove Kaliwlingi membuka wawasan para konten creator, influencer dan audiens tentang fungsi hutan mangrove dengan harapan agar mereka berinovasi dalam membuat konten-konten yang juga bermanfaat bagi lingkungan. Para seniman sosial media ini akan menyebarluaskan kisah sukses rehabilitasi mangrove Brebes dan bangkitnya perekonomian warga sembari mengajak para followers menengok kondisi mereka sebelum ada kegiatan konservasi mangrove. 

 

Trip dilaksanakan selama lima hari yaitu pada tanggal 19-21 Oktober 2023 berangkat dari kantor KEHATI di Jakarta menuju Brebes melalui jalan darat. Ada 10 peserta termasuk para influencer yang ikut dalam wisata mangrove yayasan KEHATI ini. Mereka juga mengikuti kegiatan antara lain kunjungan ke hutan mangrove Besari dan sentra-sentra UKM yang memanfaatkan hasil hutan mangrove.Tidak kalah menarik adalah para peserta diajak berburu kepiting untuk meyakinkan mereka tentang manfaat ekonomi mangrove. 

 

Namun kisah sukses restorasi mangrove melalui jalan panjang dan berliku. Banyak terjadi kegagalan karena anggapan bahwa bibit mangrove yang ditanam tidak perlu perawatan rutin. Padahal untuk berhasil menjadi sebuah ekosistem yang akan memberikan banyak faedah perlu dilakukan perencanaan, aksi, pengamatan dan evaluasi. Semua itu membutuhkan strategi yang tepat karena mangrove wajib menopang aspek ekonomi, sosial, dan ekologi. 

 

Dahulu kala di Brebes banyak pengelolaan lahan tambak udang dilakukan dengan cara tidak ramah lingkungan yaitu membabat hutan mangrove. Karena salah satu fungsi hutan mangrove adalah sebagai perlindungan wilayah pesisir, maka wilayah mereka terjadi abrasi yang memaksa penduduk untuk meninggalkan desa mereka. Pasca bencana penduduk desa mulai menyadari pentingnya hutan mangrove untuk menjaga kehidupan mereka. Maka dilakukan restorasi mangrove oleh para pemuda desa yang dipimpin oleh Mashadi, membentuk kelompok peduli lingkungan, bahkan satgas untuk menjaga hutan mangrove yang tersisa (website Kemenparekraf). Tanaman mangrove pertama yang ditanam yaitu 2.260.000 batang jenis rizhopora di area seluas 200 hektar yang terletak di Pulau Pasir (SuaraPemerintah.id/20 Feb 2021).

 

Bahkan di tahun 2022 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah meninjau hasil restorasi mangrove Kaliwlingi yang dilakukan oleh Kelompok Pengawas Satuan Tugas Jaga Segara (Pokmaswas Satgas Gara) melalui kegiatan Swakelola. Restorasi ini dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu mempersiapkan bibit dan sarana penanaman, penanaman bibit, dan perawatan. Mangrove di Pandansari Kaliwlingi menjadi lokasi ekowisata yaitu pariwisata memanfaatkan aspek ekologi agar dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Desa wisata ini dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dewi Mangrovesari yang berdiri tanggal 6 April 2016 berdasarkan SK Kadin Dinporapar Kabupaten Brebes No. 556/292/2016.

 

Salah satu influencer yang bergabung dalam trip ini, Dinda Ayudita, sekaligus finalis Miss Universe 2023 menuturkan bahwa tidak bisa dipungkiri fungsi dan manfaat mangrove yang luar biasa untuk menahan arus air laut supaya tidak mengikis wilayah daratan di pesisir, penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen, serta habitat biota laut. Di hutan mangrove juga ditemukan binatang darat seperti kera dan burung. 

 

Lebih lanjut Dinda menjelaskan sebaran mangrove di Indonesia adalah yang terluas di dunia yaitu sekitar 20% dari total mangrove dunia.Namun sangat di sayangkan hampir sekitar 1,82 juta hektar mangrove di tahun 2018 mengalami kerusakan akibat alih fungsi lahan. Ancaman degradasi juga dihadapi ekosistem mangrove di Indonesia apabila tidak segera dilakukan rehabilitasi. Pemerintah sudah sejak beberapa tahun lalu menerbitkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Permenko) mengenai kebijakan strategi program dan indikator kinerja pengelolaan mangrove nasional. Jadi pentingnya ekosistem mangrove tidak hanya sebagai penahan abrasi, juga sebagai tempat hidup bagi lebih dari 75% spesies ikan komersial, berbagai jenis gastrapoda (siput), dan kepiting. Selain itu juga ditemukan jenis flora seperti ketapang, nyamplung, akasia, dan nipah.

 

Sebagai seorang finalis miss universe dan influencer Dinda bertekad dan memiliki rencana untuk lebih giat lagi terlibat dalam penyadartahuan ke masyarakat luas tentang mangrove melalui digital yaitu media sosial. Menurut Dinda, sebagai negara berkembang, teknologi digital mampu mendorong berbagai kemajuan di Indonesia. Dunia digital ini berbasis internet membuat seluruh aktivitas para penghuninya menjadi tanpa batas ruang dan waktu. Apabila di cek screen time sosial media masing-masing handphone, setiap orang menunjukkan screen time minimal 1 jam. Jadi melakukan kampanye melalui sosial media dirasa cukup untuk meningkatkan awarness dan menggerakkan generasi muda dengan rentang usia 17-35 tahun berpartisipasi membudidayakan dan mempertahankan mangrove di Indonesia.

 

LVListyo (Tim KEHATI)